BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Minggu, 18 Juli 2010

Alunan Hati (part 22)

“Shilla..” merasa ada yang memanggil namanya, Shilla terbangun dari tidurnya. Shilla melihat keselilingnya, Dia berada disebuah kamar bernuansa putih. Semua benda yang ada dalam ruangan itu berwarna putih. Shilla tidak tahu sekarang ini dirinya sedang berada dikamar siapa. Shilla tidak mengenal ruangan itu.

Shilla terus melihat dan memperhatikan sekelilingnya. Pintu menuju balkon terbuka lebar, Sehingga cahaya matahari leluasa untuk masuk. Kemudian Shilla mendapati sebuah kertas diatas sebuah meja disudut ruangan. Shilla mengambil kertas tersebut dan membukanya….

Shilla..

Kamu gak boleh nangis terus..

Jangan habiskan waktumu hanya dengan menangis..

Semua yang terjadi didunia ini adalah sebuah takdir..

Takdir yang telah diatur oleh tuhan..

Dan kita tidak akan pernah bisa menghindar dari takdir..

Shilla..

Mengenalmu adalah hal yang paling membahagiakan..

Makasih atas segalanya..

Makasih karna kamu mau mengenalku..

Makasih karna kamu sudah memberi kesempatan buat aku..

Makasih karna kamu telah masuk kedalam hati dan hidupku..

Makasih karna kamu mengizinkan aku untuk mencintai dan menyayangimu..

Makasih karna kamu percaya sama aku..

Tapi.. Maaf Shilla..

Aku udah merusak kepercayaan kamu..

Aku ingkar janji.. Maaf..

Tapi inilah takdir..

Takdir tidak mengizinkan aku menjaga kamu selamanya..

Shilla..

Sesungguhnya ada seseorang yang sangat menyayangi kamu..

Menyayangi kamu dengan setulus hatinya..

Orang itu sudah sangat dekat dengan kamu..

Jangan pernah sia-siakan dia Shilla..

Selamat tinggal,

-Riko-

Air mata Shilla mulai terjatuh dan membasahi kertas digenggamannya.

“jangan nangis Shilla..” ucap seseorang dari arah balkon. Shilla menengok kearah tersebut.

“kak Riko?..” Riko hanya tersenyum kemudian ada seberkas cahaya yang sangat menyilaukan, membuat Shilla menutup matanya. Lalu Shilla membuka kembali matanya saat dia yakin cahaya silau itu sudah pergi. Dan Shilla tidak lagi menemukan Riko disana.

“kak.. kak Riko.. kak Riko..”

“Shilla? Kamu udah sadar shill??”

“Kak Cakka?” kali ini Shilla berada didalam kamarnya.

“iya Shill, ini kakak.. akhirnya kamu sadar juga..” Shilla berusaha bangun sambil memegangi kepalanya yang terasa pening. Cakka pun membantu Shilla duduk.

“Sadar? Aku kenapa kak?” Tanya Shilla heran

“kamu pingsan.. udah 2 hari”

“Hah? 2 hari kak?”

“iya Shill.. kamu pingsan waktu….” Cakka enggan untuk melanjutkan kata-katanya. Karna Shilla pingsan saat Riko menghembuskan nafas terakhirnya. Cakka takut kalau Dia menyebut nama Riko, Shilla akan sedih.

“aku inget kak” jawab Shilla singkat sambil menunduk

“oh.. Oke, kakak mau ambilin kamu makan dulu ya” Cakka tersenyum dan keluar dari kamar Shilla

“gue.. pingsan 2 hari? Berarti.. tadi Cuma mimpi? Dan.. jasad kak Riko pasti udah….” Shilla tak mampu melanjutkan perkataannya. Karena pasti jasad Riko sudah disemanyamkan

“gue harus ikhlas.. selamat jalan kak.. aku janji gak akan nangis lagi” ucap Shilla lirih dan berusaha tersenyum

Keesokan harinya, Shilla merasa lebih segar. Dan sedang menikmati udara pagi ditaman belakang rumahnya sambil duduk di sebuah ayunan

“SHILLLAAAAA” teriak seseorang dan menghampiri Shilla lalu memeluk Shilla

“aduuhh via, gue gak bisa nafas..” keluh Shilla.. Sivia pun melepas pelukannya

“gue kangeeeeen banget sama lo shill..” ucap Sivia sambil tertawa kecil

“kita juga kangen sama lo Shill” kata Rio yang tiba-tiba muncul bersama Alvin. Shilla tersenyum senang dengan kedatangan teman-temannya

“ternyata gue ngangenin ya.. hehe” Akibat kenarsisannya, Shilla mendapat toyoran dari Sivia, Rio dan Alvin

“malah narsis lo.. gak jadi deh kangennya”

“yaaah vin, masa gitu..” Shilla pun manyun

“bercanda Shill.. gak usah cembetut gitu ah” goda Alvin

“hehe gue juga kangen sama kalian..” kata Shilla

“Shill, lo tau gak?” kata Sivia. Shilla menggeleng. Alvin dan Rio menatap Sivia

“enggak.. lo kan belum ngasih tau” jawab Shilla polos

“waktu lo pingsan.. yang paling panik Rio lho..” Ucap Sivia sambil melirik menggoda Rio dan hasilnya Sivia mendapat pelototan dari Rio. Shilla melihat kearah Rio seakan mengatakan ‘masa sih?’

“eh? Biasa aja kok Shill.. kok lo liatin guenya gitu banget sih” kata Rio salah tingkah

“jiyeeeh salting niyeee..” goda Alvin sambil menjawil dagu Rio. Shilla dan Sivia tertawa melihat ekspresi wajah Rio saat ini *kan lucu kalo cowo ganteng salting haha*

“berisik lo semua” kata Rio kesal. Sedangkan Alvin, Shilla dan Sivia tambah geli.

‘gue seneng liat lo bisa ketawa lagi Shill.. gue seneng lo gak berlarut-larut dalam kesedihan’ batin Rio melihat kearah Shilla dan tersenyum. Shilla membalas senyum Rio.

“ecieee ada yang lirik-lirikan..” goda Sivia. Sekarang Shilla malah ikut-ikutan salting.

Skip> Seharian ini mereka berempat menghabiskan waktu bersama, penuh dengan canda dan tawa. Dan sudah cukup bagi Shilla untuk menangis karna kepergian Riko

“vi, gila tuh tadi film kocak banget.. hahaha” Alvin masih tertawa geli mengingat film komedi yang baru saja ditontonnya bersama Sivia

“ketawa mulu lo ah.. udahan donk! Gue udah sakit perut tau” protes Sivia sambil berusaha menghentikan tawanya

“oke vi oke.. tarik nafas dalem-dalem…” Alvin dan Sivia menarik nafas, kemudian menghembuskannya kembali. Mereka diam sejenak. Tetapi tiba-tiba Alvin kembali tertawa terbahak-bahak

“vin sumpah vin gue capek ketawa mulu.. udah ah!! ayo pulang..” Sivia menarik tangan Alvin

“eh, beneran nih mau langsung balik?” Sivia menghentikan langkahnya

“hmm.. emang kenapa?” Tanya Sivia

“mau gue beliin es krim gak nih?”

“MAU!!! Ayooook!! Di tempat biasa kan?” jawab Sivia girang

“bukan! Tapi gue jamin es krimnya gak kalah enak”

##

“hmm.. lo tau dari mana ada kedai es krim disini?” Tanya Sivia sambil melahap es krim vanilanya

“Ray..” jawab Alvin singkat. Sivia manggut-manggut. Lalu mereka berdua diam, menikmati es krimnya masing-masing. Kemudian Alvin melihat-lihat sekelilingnya, tidak terlalu ramai. Karena tempat ini masih baru. Hanya beberapa meja yang terisi oleh pengunjung. Sampai akhirnya tiba-tiba Alvin mendapati seorang pria yang tak asing lagi baginya. Pria itu duduk tak jauh dari pintu masuk kedai, bersama seorang perempuan. Alvin sangat hafal wajah keduanya, sebelumnya Alvin juga melihat mereka jalan berdua. YA! mereka Gabriel dan.. Keke

“Lo lagi liatin apa sih vin?” Tanya Sivia dan membuyarkan perhatian Alvin.

“eh?” karna penasaran, Sivia pun mencari apa yang sedang dilihat Alvin. Tadinya Alvin ingin menahan Sivia, tapi… TERLAMBAT. Sivia sudah melihatnya, raut wajah Sivia langsung berubah.

“vi? Kita pulang sekarang ya..” Alvin mengajak Sivia berdiri. Sivia menurut mengikuti langkah Alvin. Tapi saat melewati meja Gabriel, Sivia menghentikan langkahnya.

“hay kak.. hay ke..” sapa Sivia tersenyum kecut. Gabriel terlihat kaget dan kikuk

“hay kak Sivia..” ucap keke ramah

“hmm.. kak Iel? Kok diem aja sih? Gue kan nyapa lo”

“eh?? Hay”

“oh.. sekarang keke pacar kak Iel ya? Kemaren gue liat lo jalan sama Kak Angel.. kak Angel pacar lo juga? Atau.. selingkuhan? Opss sorry.. keceplosan haha” Sivia menutup bibirnya dengan jarinya. Gabriel terlihat semakin cemas, keke terlihat kaget dan terkejut, sedangkan Alvin.. dia bingung dan heran.

“hah? Gue juga pernah liat Gabriel jalan sama nova” Sambung Alvin

“kak Iel, apa bener yang dibilang via dan Alvin?” Tanya keke ketus. Gabriel terdiam, sepertinya dia mulai mengeluarkan keringat dingin.

“Gabriel.. Kok gak di jawab sih? Cewek lo nanya tuh” ucap Sivia

“kak! Kenapa gak jawab pertanyaan aku? Berarti bener kan?” desak keke

“enggak ke.. mereka Cuma mau merusak hubungan kita aja” jelas Gabriel

“Apa lo bilang? Gue gak salah denger? Lo kira gue Kurang kejaan! Untung gue belum terlalu jauh kemakan omongan-omongan GOMBAL dan semua sikap SOK manis lo itu” Sivia tersenyum sinis

“gak usah ngeles lagi lo!” sambung Alvin *ikut emosi

“dasar BUAYA!!” *maap yak GFC, Cuma cerita kok! Penulis Jgn d kroyok ;D* bentak keke dan PLAKK!! Sebuah tamparan mendarat mulus dipipi kanan Gabriel. Lalu keke pergi meninggalkan Gabriel, Sivia dan Alvin. Gabriel mengerjar keke, tapi sebelum mengejar keke Gabriel sempat menatap tajam Sivia dan Alvin. Sivia dan Alvin hanya tertawa.

##

“makasih ya vin.. lo mau masuk dulu gak?” ucap Sivia yang sekarang sudah didepan rumahnya.

“boleh deh.. ada yang mau gue tanyain ke elo” Alvin turun dari motornya dan mengikuti sivia masuk kedalam rumahnya. Kemudian mereka duduk dikursi ruang tamu rumah Sivia.

“Lo mau nanya apa vin?” Tanya sivia

“dari mana lo tau kalo Gabriel…”

“vin, tadi kan gue uda bilang.. gue pernah liat dia jalan sama kak Angel”

“oh.. terus, pas lo tau itu.. perasaan lo gimana?”

“awalnya sih gue kaget. Tapi.. abis itu biasa aja. Mungkin karna sebenernya gue emang gak punya perasaan khusus sama kak Iel” jelas Sivia

“oya?” Alvin tersenyum. Dia merasa sangat lega

“iya.. dan sekarang gue baru sadar siapa cowok yang bener-bener gue sayang, yang selalu gue kangenin, yang selalu bikin gue senyum-senyum sendiri..”

‘please vi.. jangan diterusin..’ batin Alvin yang sedari tadi sudah menahan sesak.

“Oh.. beruntung banget ya cowok itu..” komentar Alvin

“menurut lo cowok itu beruntung?” Tanya Sivia

“ya.. yaiyalah.. kalo gue boleh tau.. cowok beruntung itu siapa vi?” Sivia tersenyum. Alvin berusaha membalas senyum sivia

“bener nih lo mau tau?”

“kalo boleh.. gue sih gak maksa..” Alvin bersiap menata hatinya yang mungkin akan hancur

“boleh kok..”

“siapa?” Sivia menghela nafas

“elo vin..”

0 komentar: