BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Senin, 23 Agustus 2010

Tentang Rasa #part 2 (she's back)

JAPAN


“kapan ya aku bisa liat bunga sakura lagi?

Semoga saja suatu saat nanti aku punya kesempatan untuk berkunjung kembali ke negeri ini..” ucap seorang gadis sambil berdiri dibalik jendela kamarnya. Dia menatap keluar jendela, matanya menerawang. Gadis itu sungguh tak mengerti apa yang ia rasakan saat ini, senang tapi.. sedih (?). Senang karna hari ini ia akan kembali ke tanah air tercinta. Dan sedih karna harus meninggalkan negeri sakura yang telah menyembuhkan kelainan jantungnya.


YAP! Gadis itu adalah Acha! Hari ini Acha akan pulang ke tanah air, sedangkan kedua orang tua Acha baru akan pulang sebulan atau dua bulan lagi. katanya mereka harus mengurus ini itu dulu, Acha juga kurang mengerti apa yang dimaksud dengan ‘ini itu’. Jadi selama di Jakarta nanti, Acha akan tinggal bersama rekan bisnis papa. Om Duta, istrinya, dan kata papa Om Duta punya seorang anak laki-laki yang seumuran dengannya.

kali ini Acha akan kembali dengan dirinya yang baru. Acha tidak ingin mengenali dirinya dimasa lalu, yaitu Acha yang lemah dan penyakitan. Acha ingin menghapus semua memori masa lalunya. Gadis cantik itu berharap kelainan jantungnya benar-benar sudah hilang sampai akarnya.


Tok Tok Tok,


Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Acha, Gadis itu segera membuka pintu kamarnya.


“kamu udah siap sayang?”


“iya mah, aku udah siap”


“oke, Mama dan Papa antar kamu ke bandara.. papa kamu sudah menunggu dibawah”


“hmm.. iya mah”


“oh ya sayang, kalau kamu sudah sampai bandara di Jakarta, kamu tunggu saja.. nanti teman papa jemput kamu disana, namanya Om Duta”


“iya mama, aku udah tau kok”


“kalau sudah sampai Jakarta, jangan lupa hubungi mama”


“hmm iyaa..”


“kamu yang baik ya sama keluarga Om Duta. Mama juga sudah minta tolong sama Om Duta agar mendaftarkan kamu disekolah yang sama dengan anaknya”


“iya mamaaaaaah”


“kalau ketemu sama orang senyum ya sayang, jangan dijutekin..”


“Iyaaa mama ku sayaaaang yaaang paling baweeeeeeell”


“ah, kamu ini. Ya sudah, ayo cepat..” Acha hanya tertawa dan bergegas mengikuti mamanya.



* * *



INDONESIA


“Ayah mau kemana? udah jam empat sore” panggil seorang anak muda kepada ayahnya


“ada urusan mendadak” jawab Ayah yang terkesan sangat buru-buru


“Ayaaaaah tunggu!! Katanya ayah mau jemput anak teman ayah yang baru pulang dari jepang..”


“Astaghfirullah. Ayah lupa Ray.. kamu saja ya yang jemput dia”


“hmm.. tapi.. aku gak tau orangnya yah”


“kamu cari saja anak gadis yang kira-kira seumuran dengan kamu, namanya Raissa.. Ayah berangkat ya” pak Duta pun segera menghilang dari rumahnya


“Hhh, Ayah gimana sih? Kalo gue salah orang gimana? Si mama juga nih, arisaaaaaaan mulu kerjaannya.. dasar emak-emak” gerutu Ray lalu bergegas mengambil kunci motornya kemudian berangkat menuju bandara untuk menjemput anak Gadis yang sama sekali tak dikenalnya


* * *


“RIO! Buruan dong!! Gak usah kebanyakan ngaca! Lo tau gak? Sekarang udah sore banget! Lo gak lupa kan ini hari apa? Hari Sabtu yo! Kalo kita telat gimana? Lo mau dipecat??” sedari tadi Shilla terus mengomel sambil duduk dikursi belajar kamar Rio


“aduh Shill.. lo bawel banget sih! Lo tau kan? tadi ekskul basket putra latihan.. gue baru seminggu menjabat jadi ketua basket, masa udah bolos latihan?” Rio membela diri sambil menata rambutnya didepan cermin tanpa menengok kearah Shilla


“gue juga baru kok menjabat jadi ketua basket putri.. tapi tadi gue majuin jam latihannya.. HUH kebanyakan alesan lo..” jawab Shilla tak mau kalah


“iya iyaa, gue salah.. sorry deh tuan putri..” akhirnya Rio mengalah. Tapi tak ada jawaban dari Shilla, lalu Rio menengok kearah Shilla yang ternyata masih manyun “maafin gue dong shill.. gak lagi lagi deh gue kayak gini” ucap Rio dengan wajah memelas


“ya udah gue maafin.. sorry juga gue udah ngomel-ngomel.. elo sih ngeselin! Kita kan baru dua minggu kerja di kafe itu yo.. masa udah dipecat sih? Gak lucu banget kali”


“iyeee.. ya udah berangkat yuk! Gue jamin kita gak akan telat” jamin Rio. lalu mereka berangkat ke sebuah kafe.


Rio dan Shilla. dua anak remaja itu memang bekerja disebuah kafe untuk penghasilan tambahan selama satu bulan. bukan karna mereka kurang mampu, keluarga mereka termasuk kalangan berada. Orang tua Rio dan Shilla sudah beberapa kali melarang mereka agar tidak usah bekerja. karena khawatir akan mengganggu sekolah mereka. tapi Rio dan Shilla berjanji hal itu tidak akan membuat prestasi sekolah mereka menurun dan mereka tetap ingin bekerja. kata mereka sih, biar merasakan susahnya mencari uang dan tidak terus-menerus tergantung pada orang tua.


*****


Ray masih kebingungan sendiri mencari gadis yang bernama Raissa.Dia sudah kesana kemari mengelilingi bandara, tapi Ray masih belum menemukan gadis yang ia pikir itu adalah Raissa.


"duh, mana sih Raissa itu? kaki gue udah pegel mondar-mandir" keluh Ray kemudian bersender didinding. memperhatikan kembali keseliling bandara.


"AKH! pulang aja deh gue!" ucap Ray kesal. lalu Ray berjalan cepat, namun tiba-tiba BRUKK.. Ray menabrak seseorang.


"sorry sorry gue gak sengaja" ucap Ray sambil mengambil beberapa barang yang jatuh milik orang tersebut.


"kamu punya mata kan? enak banget bilang gak sengaja" Ray mendongak, dilihatnya seorang gadis dengan wajah yang terlihat sangat kesal. lalu Ray berdiri, memperhatikan gadis itu dari ujung kaki sampai ujung kepala. satu kata yang dapat Ray simpulkan, Cantik. merasa diperhatikan, Gadis itu pun merasa risih.


"ngapain kamu liatin aku kayak gitu?"


"idiih, Lo kok GR banget sih? jutek pula" ujar Ray bergidik ngeri. Gadis itu terlihat semakin kesal, lalu gadis itu mengambil cepat barang-barangnya yang dipegang oleh Ray.


"Huh! baru juga balik dari jepang udah ketemu alien" Gadis itu mengomel lalu cepat-cepat pergi dari hadapan Ray.


"HAHAHAHA" Ray tertawa melihat gadis itu kesal sendiri.namun tiba-tiba tawa terhenti, saat menyadari apa yang dikatakan cewek tadi. "TUNGGU, tadi dia bilang baru balik dari jepang? berarti dia orangnya!" Ray segera berlari mencari gadis tadi


"woy tunggu woy!" teriak Ray saat melihat cewek yang tadi ribut dengannya.


"eh, tadi lo bilang lo dari jepang?" tanya Ray ketika berhasil mengejar cewek tadi


"aku gak mau berurusan lagi sama kamu. bye"


"eh, tunggu!" Ray menarik lengan gadis itu "nama lo Raissa kan?" tanya Ray. Gadis itu mengernyitkan dahinya, bingung kenapa cowok gondrong ini tahu namanya? ya, Raissa adalah namanya. sedangkan 'Acha' adalah panggilannya saat ia kecil


"pasti lo lagi nungguin bokap gue, Pak Duta" sambung Ray "ya udah, ayo ikut gue" Ray menarik tangan Acha


"TUNGGUU!! gimana aku bisa percaya sama kamu? jangan-jangan kamu mau nyulik aku?! iya kan?" selidik Acha, lalu melepaskan lengannya yang sedari tadi digenggam oleh Ray


"ngapain gue nyulik lo? kayak gak ada yang bagusan dikit aja.."


"HAH?"


"ck, udah.. percaya deh sama gue, gue ini orang baik" ucap Ray. Acha masih menatap Ray curiga


"hmm beneran lo anaknya om Duta?" tanya Acha meyakinkan


"sumpe deeh"


"nama lo?"


"oooh, dari tadi lo mau kenalan sama gue? nama gue MUHAMMAD RAYNALD PRASETYA. lo bisa panggil gue Ray, apakah sudah jelas NONA RAISSA??" jawab Ray dengan memberi penekanan untuk beberapa kata


"oke, aku percaya kamu *kaya lagu d'masiv ya? haha* tapi awas kalo kamu bohong sama aku"


"hmm.. ya udah ayook" ajak Ray. namun Acha belum bergerak "kenapa lo? masih gak percaya sama gue?" Acha menggeleng


"bukan.. kamu gak liat barang bawaan aku? bantuin kek" Ray melihat Acha membawa satu tas ransel dan satu tas pakaian. serta beberapa buku dipegangnya.


"dasar cewek, manja.. itu kan barang-barang lo, bawa sendiri dong. udah deh, ayo cepetan" Acha mendengus kesal. lalu berjalan mengikuti Ray dengan perasaan 'dongkol'.

Sabtu, 21 Agustus 2010

Cerpen: Demi Sivia

November 2010. Artinya, sudah hampir satu tahun berlalu sejak peristiwa maut itu. Sebuah kecelakaan yang sukses menghilangkan nyawa kedua orang tua gue dan berhasil membuat Sivia, saudara kembar gue koma selama lebih dari dua minggu, setelah itu Sivia depresi berat! Dan Hal itu membuat Sivia harus dirawat dirumah sakit jiwa. Hanya dua bulan Sivia mengalami depresi akut. Tapi, sampai sekarang gak jarang gue denger sivia nangis dikamarnya tengah malam. Gue adalah satu-satunya manusia yang baik-baik aja dan selamat sehat wal’afiat dari kecelakaan tragis itu, walaupun ada sedikit luka-luka kecil. Sungguh Sebuah keajaiban.

Bulan Ramadhan kemarin pun terasa sangat berbeda. Tanpa bokap dan nyokap gue! Gak ada hidangan sahur dan berbuka puasa yang dimasak nyokap gue, gak ada suara nyaring nyokap gue saat bangunin gue dan sivia untuk sahur, gak ada omelan-omelan bokap kalo gue susah dibangunin, dan pastinya.. gak ada lagi segala keceriaan, canda dan tawa bareng kedua orang tua gue saat ‘Idul fitri datang. Semua itu hanya sebuah kisah indah dimasa lalu.

Terkadang gue gak ngerti apa maksud tuhan mengambil nyawa kedua orang tua gue dalam kecelakaan itu. kenapa Tuhan gak ambil nyawa gue dan sivia sekalian? Dengan begitu, kami sekeluarga akan tetap bersama-sama. Tapi Sivia pernah bilang sama gue..
“kamu gak boleh ngomong gitu Cakka, harusnya kamu bersyukur dikasih umur panjang sama Allah.. kita harus bisa bikin mama dan papa bangga sama kita” kata-kata itu akan selalu menempel dikepala gue..

Sivia. Sekarang dia adalah harta gue yang paling berharga. Sesosok gadis cantik yang lembut hatinya dan baik tutur katanya *ngeek apadah bahasanya* Gue kagum sama saudara kembar gue itu. Sivia adalah satu-satunya orang didunia ini yang punya hubungan darah sama gue. Bokap dan nyokap gue anak tunggal dari masing-masing keluarganya, sedangkan kakek dan nenek gue udah lama meninggal dunia. Lo bisa bayangin betapa sepinya hidup gue.. buat lo semua yang masih punya keluarga, kalian harus sangat bersyukur dengan hidup kalian.

Sejak orang tua gue meninggal, gue dan Sivia sepakat untuk mengubah pola hidup kami. Semua harta warisan dari orang tua kami, kami simpan di bank. untuk biaya sekolah, kuliah dan bekal masa depan kami nanti. Kalau dulu berangkat ke sekolah kami diantar sopir dengan mobil mewah, sekarang kami membiasakan untuk bawa motor atau sesekali naik Bus. Kalau dulu kami selalu makan makanan hotel bintang lima, sekarang kami membiasakan makan makanan kaki lima.

Gue dan Sivia bukan anak kecil lagi, kami sudah kelas dua SMA. Jadi, kami sudah bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kalau sivia.. karna dia gadis yang pintar, Sivia suka mengajar les privat untuk anak SD dan SMP. Tak jarang juga Sivia memenangkan Olimpiade sains dan mendapat hadiah berupa uang tunai. Sedangkan gue.. gue suka nyanyi dari kafe ke kafe, gue juga sering memenangkan lomba nyanyi antar sekolah. Yaa begitulah hidup gue 

Sebenarnya.. gue ini anak brandalan. Eeiitss, tapi itu dulu. Waktu orang tua gue masih ada. Sesaat setelah kecelakaan itu terjadi.. jujur, gue shock abis! Gimana enggak? Orang tua gue meninggal saat perjalanan kerumah sakit, dan sivia koma. Saat itu Gue sangat menyesal atas segala perbuatan gue yang ‘brandal’. Gue sering balapan motor liar, minum-minum dan sebagainya. Temen-temen satu genk gue gak kalah brandal pastinya.. Rio, Alvin, Gabriel. Dasarnya, mereka anak baik. Rio dan Alvin adalah korban keretakkan rumah tangga. Orang tua Rio selalu bertengkar setiap hari. sedangkan Alvin, orang tuanya sudah bercerai saat dia duduk dikelas tiga Sekolah dasar. Kalau Gabriel, dia baru gabung setelah Ify, cewek yang selalu Gabriel banggakan. ninggalin dia gitu aja buat laki-laki lain.

Gue sedih banget waktu dapet kabar nyokap bokap gue udah gak ada. Selama ini gue udah durhaka sama mereka, gue gak pernah nurutin apa mau mereka. Dan saat itu gue mengira Sivia akan ikut bersama orang tua gue dan ninggalin gue sendiri. Gue putus asa. Gue berfikir gak ada gunanya lagi gue hidup. Gue hampir berhasil bunuh diri! Tapii.. ada bidadari yang ngelarang gue terjun dari atas gedung, Shilla. Cewek gue.. selain Demi Sivia, Shilla juga salah satu alasan yang akan selalu membuat gue terus bertahan.


Sore ini, Rio main ke rumah gue. Katanya dia mau curhat. Haha!! Gue ngakak pas denger Rio dateng ke rumah gue mau curhat!! Dasar banci :P ya udahlah.. dengerin curhatan Rio yuk..

“gini Cak..”

“eh! Apa lo biang? Cak? Lo kira gue tukang becak?!” huh! Gue paling gak suka di panggil ‘cak’

“hadaaah iyee dah cakka” ralat Rio

“hmm~ mau curhat? Kayak cewek aja lo”

“terserah lo deh.. nyokap sama bokap gue udah akur kka..”

“Loh? Bagus dong.. harusnya lo seneng kan?” jawab gue sambil memainkan gitar dengan santai

“iyaa gue seneng” tapi kok keliatannya Rio gak seneng..

“lo bohong kan yo?”

“gue beneran seneng kok.. sebenernya maksud gue ke sini bukan mau ngomongin tentang itu..”

“terus?” gue bener-bener bingung sama Rio!! Gue menghentikan permainan gitar gue..

“gue.. gue lagi naksir cewek..”

“hah?! Sama siapa yo? Wah, kok elo baru ngasih tau gue sekarang sih? Curang lo! Gila! Anak badung kayak lo ternyata bisa fall in love! Haha” gue kaget sekaligus seneng dengan pernyataan Rio, sebelumnya Rio gak pernah ngomongin cewek sama sekali. Dia terlanjur pusing sama urusan nyokap bokapnya yang gak pernah akur. Tapi sekarang? WOW! It’s surprise..

“hehe sorry..”

“emang siapa sih? Anak sekolah kita? Kelas berapa? Cantikan siapa sama Shilla? haha” Tanya gue bertubi-tubi *saking penasarannya*

“elah, santai kka.. nanyanya satu-satu..”

“sabodo teuing lah.. udah buruan jawab!”

“iya, dia anak SMA Pusaka Bangsa juga.. kelas XI Exact 3” jawab Rio. Exact 3? Sekelas sama via dong?

“Dia.. sivia, adik kembar lo cakka” APA? Rio suka sama Sivia? Gak..GAK BOLEH!

“HAH? Lo bercanda kan yo?” Tanya gue gak percaya

“gue serius” jawab Rio mantap

“Gak.. gue gak akan rela lo pacarin via”

“Kka, gue tau maksud lo.. Hh, Lo gak setuju kalo Via punya cowok badung kayak gue?” ya! Rio bener. Gue emang gak pernah setuju kalo Rio atau temen se-Genk gue lainnya pacaran sama Sivia. Apalagi Rio, dia itu ketua Genk dan paling brandal. Gue gak mau Sivia masuk ke dalam dunia temen-temen gue itu. Sivia terlalu berharga untuk masuk kesana! Gue gak mau Sivia tersesat didalamnya.

“jangankan lo pacaran sama via, untuk deketin dia aja gak akan gue izinin!”

“kka, gue janji bakal berubah! Untuk orang tua gue dan DEMI SIVIA” jawab Rio penuh keyakinan dan tekad

“gue perlu bukti, bukan sekedar kata ‘janji’..”


* * *

Sepertinya Rio benar-benar serius dengan omongannya Dua bulan lalu. Gue bisa liat perubahan dari diri Rio. Dia gak pernah bolos sekolah lagi, mulai rajin mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, gak pernah balap-balapan lagi, gak pernah minum-minum lagi dan yang paling mengesankan, Rio mengajak Alvin dan Gabriel untuk bertaubat. kelihatannya Rio berhasil berubah dan kembali ke jalan yang benar.

Kalau Rio sudah berubah baik begini, gue setuju aja Rio pacaran sama Sivia. Kayaknya Sivia juga tertarik sama Rio. Akhir-akhir ini Udah beberapa kali Sivia cerita tentang Rio ke gue. Kalau Sivia lagi ngomongin Rio, seakan-akan Rio adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan tuhan. Ckck -.- kayaknya gue gak ada apa-apanya dibanding Rio, padahal gantengan gue kali.. Tanya gih sama C-Luvers. *kalo nanya sama Rise pasti jawabnya gantengan Rio ;b*

“Cakka!” ada yang manggil gue?

“hey..” sapa gue. Ternyata itu Rio. Kebetulan.

“ngapain lo disini? Udah ditungguin anak-anak” tegur Rio. Dari tadi gue emang lagi merenungi nasib dikantin (?) <--- gak jelas

“haa? Ada apa?” kenapa ya pada nungguin gue?

“yeee.. lo lupa? Katanya mau ngerjain tugas fisika diperpus bareng-bareng”

“owh.. gue gak lupa kok”

“ya udah, ayook..” ajak Rio

“yo, tunggu..” Rio menoleh kearah gue dengan tatapan bertanya-tanya “gue harus akuin kalo lo udah berubah..”

“maksud lo? Gue gak ngerti”

“apa lo udah gak naksir sama Sivia?”

“hah? Pertanyaan macem apa itu? Ya masih lah kka!” jawab Rio sambil tertawa

“kalo gitu.. sekarang lo boleh deketin via..”

“Serius lo?” Tanya Rio.

“sangat!”

“Thank’s kka..”


* * *

Hari demi hari berlalu. Rio dan Sivia terlihat semakin akrab. Gue lega liat Sivia selalu tersenyum sejak dekat dengan Rio, Sivia gak pernah nangis lagi saat tengah malam. Semoga saja Rio memang yang terbaik untuk Sivia.

“Mau kemana lo vi? Cantik amat..” panggil gue saat gue liat Via sudah rapih.

“mau pergilah.. tau aja kamu kalo aku cantik.. hehe”

“yeee Lo cantik kan karna guenya ganteng.. kembarannya si ganteng ya cantik lah.. pergi sama siapa? kok gue gak di ajak?”

“ada deh.. ngapain ngajak kamu? Sorry aja deh :p”

“oh gitu lo sama gue? Oke..”

“dih? Ngambek? Ciee yang ngambek jelek banget deh.. Aku bilangin Shilla ah, biar dia ilfeel.. haha”

“bilangin gih sono.. gue mau lagi ngapain juga tetep ganteng kalee.. eh, Lo mau pergi sama Rio kan? ngaku!!” belum sempat Sivia menjawab, tiba-tiba ada yang mengetok pintu. Sivia buru-buru membukakan pintu, gue mengikuti dibelakang Sivia.

“Ehm.. tuh kan perginya sama Rio”

“Lah? Emang kenapa?”

“gue curiga..”

“curiga?” Tanya Rio
“kalian udah jadian ya?”

“Cakka!” ucap Sivia sambil melototin gue -.-. sedangkan Rio hanya tertawa kecil.

“eh, belom ya? Hehe gue kan gak tau..”

“ kka..”

“kenapa yo?”

“kalo gue sayang sama via gimana?” Tanya Rio. Sivia terlihat kaget. “boleh gak gue jadi pacar via?” Lanjut Rio.

“HAHAHAHAH kok lo nanya sama gue? Ngomong langsung tuh sama orangnya. Mau gak dia jadi cewek lo?” lucu deh si Rio ckck.

“vi..”

“hmm?”

“lo mau gak jadi cewek gue?” Sivia mengangguk pelan

“CIEEEEEE Cikiciew ada yang baru jadian nih..” Rio dan Sivia sama-sama salah tingkah. Dasar! Baru gue godain begitu doang mati kutu. Tapi gue seneng karena sekarang Sivia punya Rio yang bisa mengembalikan senyumnya.


THE END. Thank’s

Tentang Rasa #part 1 (cuplikan kisah yang lalu)

“udah berapa kali aku bilang sama kamu? JANGAN PANGGIL AKU ACHA!! Aku ini bukan Acha! kenapa sih kamu gak ngerti-ngerti??” Gadis itu terus berusaha meyakinkan laki-laki yang ada dihadapannya kini, bahwa dirinya bukanlah Acha


“enggak.. gue yakin lo pasti Acha, gue gak mungkin lupa sama lo cha.. gak mungkin!!” pemuda itu tetap bersikeras mengatakan kalau gadis yang didepannya saat ini benar-benar Acha


“Hhh!! asal kamu tau, aku paling BENCI orang SOK TAU kayak kamu!!” gadis itu tersenyum sinis lalu meninggalkan pemuda tersebut begitu saja


‘kenapa lo gak mau kenal gue lagi?? Gue kangen sama lo cha.. gue yakin lo acha, sinar mata lo gak berubah cha..’


Sinar matamu masih seperti dulu, saat engkau tinggalkan diriku.. *drive-karna kita*


* * *


Tujuh tahun yang lalu..


Sore hari ini, seperti biasa dua bocah perempuan dan satu anak laki-laki sedang bermain bersama disebuah taman. Tiga bocah kecil berumur sembilan tahun ini selalu bersama-sama sejak mereka…. Hmm.. saya juga kurang tahu tepatnya. Mungkin sejak mereka terbebas dari rahim bunda mereka.


“Acha! Kamu ikut main basket sama aku dan Shilla yuk.. jangan Cuma nontonin kita terus..” ajak seorang bocah laki-laki kepada Acha yang sedari tadi hanya duduk dibawah pohon sambil membaca buku


“iya cha, sekali-kali kamu ikutan main basket sama aku dan Rio” kata Shilla mendukung ucapan bocah tadi


“eh? Aku kan gak bisa main basket..” ucap Acha malu-malu


“kita bisa kok ngajarin kamu.. iya kan Shill?” Shilla mengangguk semangat


“ta.. tapi..” sebelum Acha melengkapi kalimatnya, kedua sahabatnya sudah menarik tangan Acha agar bermain basket bersama mereka.


Rio, Acha dan Shilla. Bocah tiga serangkai yang setiap hari selalu menghabiskan waktu bersama. Rio dan Shilla sangat hobi bermain basket. Tetapi lain halnya dengan Acha. Dia lebih memilih untuk diam, Acha punya alasan tersendiri mengapa dia lebih memilih diam.


sebenarnya.. Acha selalu iri melihat Rio dan Shilla bisa bermain basket, mereka terlihat sangat gembira. Acha sangat ingin bergabung dengan mereka, tapiii.. Acha selalu berfikir kalau dirinya tidak bisa seperti Rio ataupun Shilla, tidak akan bisa. Kedua sahabatnya itu terlalu hebat dan sempurna dimata Acha. Sedangkan Acha hanyalah seorang anak yang memiliki fisik, daya tahan tubuh lemah dan.. mudah terkena penyakit.


Rio dan Shilla selalu mengajak Acha berkumpul bersama dan Acha tidak menolak. Tapi kalau di ajak main basket atau permainan apapun yang akan menguras tenaga, Acha selalu menolak. Namun kali ini, Rio dan Shilla berhasil membawa Acha ketengah-tengah lapangan basket mini itu.


“Cha, jangan diem aja dong!!” tegur Shilla. Acha tersenyum


“Acha! Tangkep bolanya!” Rio melemparkan bola kearah Acha dan.. DUK! Lemparan Rio berhasil mendarat mulus dikepala Acha


“AW!!” Acha memegangi kepalanya. Rio dan Shilla berlari menghampiri Acha


“maaf ya cha.. aku gak sengaja..” ucap Rio dengan nada bicara penuh penyesalan.


“kamu gak kenapa-napa kan cha? kita udahan aja yuk mainnya” ajak Shilla. Tapi Acha menggeleng


“aku kan baru sebentar main basketnya, katanya kalian mau ajarin aku..” kata Acha. Rio dan Shilla saling berpandangan, heran sekaligus senang. Gak biasanya Acha begini, ingin bergabung bersama, main basket.


* * *


Sudah hampir satu jam bocah tiga serangkai itu bermain bola basket. Acha sangat menikmati hari ini. Begitu juga Rio dan Shilla. Namun saat Acha ingin memasukkan bola ke Ring, dadanya terasa sakit dan agak sesak, kepalanya menjadi sangat pusing dan Brukk! Acha terjatuh.


“Acha!!” Shilla berlari ke arah Acha


“kamu kenapa cha?” Tanya Rio ikut khawatir


“sa.. sak.. it” Acha memegangi dada bagian kiri, nafasnya tak teratur. Pengelihatannya mulai pudar, semuanya terasa seperti berputar lalu hilang dan gelap


* * *


“Acha.. bangun dong sayang…” ucap mama Acha lirih sambil menepuk-nepuk pipi anak semata wayangnya itu. Shilla dan Rio berdiri disamping ranjang acha, mereka menunduk, merasa bersalah. Sebenarnya mama Acha sudah sering mengingatkan mereka kalau Acha tidak boleh terlalu capek, tapi mereka malah ngeyel *bahasa apa nih?* mereka tidak mengerti kenapa mama Acha melarang Acha? Yang mereka tahu Cuma main basket itu asyik.


Rio.. Shilla.. kenapa Acha bisa sampai pingsan nak?” Tanya mama Acha


“kami gak tau ma..” karna sudah dekat, Rio dan Shilla memanggil mama Acha dengan sebutan mama, begitu juga sebaliknya


“tadi.. kami ajak Acha bermain basket” kata Rio


“main basket??”


“iya.. awalnya acha gpp, tapi tiba-tiba..”


“ya sudah lah, mungkin Acha kecapekkan. Kita tunggu dokter ya sayang.. kalian gak usah sedih dan merasa bersalah..” hibur mama Acha


Tak lama kemudian datang seorang pria memakai jas hitam, itu papa Acha dan seorang wanita memakai pakaian putih, itu Dokter Winda. Dakter keluarga Acha.


Rio, Shilla sebaiknya kalian pulang ya.. sudah kelewat maghrib. Mama gak enak sama orang tua kalian”


“iya ma, tapi besok aku dan Rio boleh main sama Acha lagi kan?”


“boleh dong, kenapa enggak?” sambung papa Acha sambil merangkul kedua bocah itu


“pah, besok Rio lomba nyanyi” ujar Rio


“oh ya? Papa yakin kamu pasti menang! Suara kamu kan bagus sekali..”


“tapi Rio mau Acha datang.. Rio mau, Acha liat Rio nyanyi..” pinta Rio


“oke boss! kalau Acha sudah sehat, pasti papa izinkan Acha liat Rio nyanyi..” kata papa Acha sambil mengacak-acak rambut Rio


“makasih pa.. aku sama Shilla pulang dulu yaaa”


“kalian pulangnya diantar bik inah ya, jangan pulang sendiri. Sekarang banyak penculikan” Rio dan Shilla mengangguk.


Setelah kedua anak itu pergi, dokter Winda mulai memeriksa kondisi Acha.


“gimana keadaan Acha dok?” Tanya papa Acha cemas


“dok, mengapa Acha masih pingsan?” sambung mama Acha tak kalah cemas


“tolong tenang” dokter Winda menghela nafas “kondisi jantung Acha semakin melemah, sebaiknya Acha cepat-cepat ditangani sebelum.. terlambat” jelas Dokter Winda. Mama memandang papa Acha dengan raut wajah memohon


“pah, kita gak boleh menunda-nunda lagi”


“baik dok.. Anda bisa membantu kami menyembuhkan Acha?”


“begini pak, lebih baik Acha menjalani pengobatan di Jepang”


“jepang? Kenapa tidak di Indonesia saja?”


“teknologi dijepang lebih maju dan terjamin” <- penulis sotoy -.-


“baik, kapan kami bisa bawa Acha ke sana? Tolong dok, lebih cepat lebih baik”


“saya akan menghubungi rekan medis saya dijepang malam ini juga. Jadi anda bisa membawa Acha besok pagi”


* * *


Keesokan harinya


“bunda.. shilla sama Acha kok belum datang bun? bentar lagi Rio kan mau tampil” Rengek Rio kepada bundanya


“sebentar lagi mereka pasti datang io.. nah, itu Shilla sama Kak Gabriel” ujar Bunda. Rio pun langsung berlari menghampiri Shilla dan kakaknya yang masih duduk dibangku kelas 7 SMP


“Shilla! Kak Iyel!” panggil Rio


“halo Rio..” sapa kak Gabriel


“hay juga kak.. Shill, kamu kok lama sih?”


“Iya maaf yo, tadi aku nyamper Acha dulu ke rumahnya.. tapi Achanya gak ada, rumahnya kosong.. aku Cuma nemu ini didepan pintu rumahnya” Shilla menyodorkan sebuah surat kepada Rio, dengan sedikit heran dan ragu Rio mengambilnya lalu membuka surat tersebut


Rio, Shilla.. kata mama dan papa aku punya kelainan jantung, kalau ingin sembuh aku harus pergi ke jepang.. tapi.. aku janji pasti aku kembali..


“maksud kamu, Acha ninggalin kita Shill??” Tanya Rio shock. Shilla mengangguk lemas.


“Rio, sekarang giliran kamu tampil.. nama kamu udah dipanggilin tuh” ucap kak Gabriel tiba-tiba


“kamu nyanyi yang bagus yo” Rio mengangguk dan berjalan ke panggung dengan langkah yang berat. Para penonton pun memberikan tepuk tangan saat Rio berada di atas panggung


Berjanjilah.. wahai sahabatku..

Bila kau tinggalkan aku, tetaplah tersenyum..

Meski hati sedih dan menangis..

Ku ingin kau tetap tabah menghadapinya..


Bila kau harus pergi,

Meninggalkan diriku..

Jangan lupakan aku..

Semoga dirimu disana kan baik-baik saja..

Untuk selamanya..


Disini aku kan selalu..

Rindukan dirimu..

Wahai sahabatku..

Rindukan diimu..