BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 24 September 2010

Narnia 3: The Voyage of the Dawn Treader

Edmund dan Lucy Pevensie, dikirim ke rumah saudara sepupu mereka yang nakal, Eustace Clarence Scrubb, untuk berlibur. Namun, tanpa disangka-sangka, mereka ditarik ke dalam dunia Narnia, melalui gambar sebuah kapal di tembok kamar menjadi hidup. Mereka bertiga jatuh ke lautan dan ditolong oleh awak-awak dari sebuah kapal yang bernama Dawn Treader. Ketika mereka sudah ditolong, mereka disambut oleh Raja Caspian X, sahabat Edmund dan Lucy dalam petualangan mereka sebelumnya (diceritakan di buku “Pangeran Caspian”).

Rupanya dalam tahun ketiga pemerintahannya, raja Caspian melakukan perjalanan dengan menggunakan kapal Dawn Treader untuk mencari tujuh orang Lord yang hilang. Para Lord itu adalah sahabat-sahabat ayah
Caspian yang disingkirkan Raja Miraz, raja sebelum Caspian. Lucy dan Edmund sangat berbahagia karena bisa kembali ke Narnia, namun tidak demikian dengan Eustace yang tidak bersemangat dan bersikap menyebalkan. Raja Caspian didampingi oleh kaptennya, Lord Drinian, perwira kedua Rhince, awak-awak kapal dimana salah satunya bernama Rynelf dan sang tikus gagah berani, Reepicheep, dalam perjalanan untuk mencapai lautan timur. Sebelum menyelamatkan Lucy, Edmund dan Eustace, perjalanan Dawn Treader sudah melewati Galma, Terebinthia dan Seven Isles. Pertama-tama mereka sampai di Lone Islands, yang masih termasuk wilayah kerajaan Narnia. Sangat disayangkan penduduk pulau tersebut sudah berubah jahat, karena mereka terlibat dalam penjual-belian budak.

Caspian, Edmund, Lucy, Eustace dan Reepicheep diculik dan untuk dijual di pasar budak. Seorang pria membeli Caspian sebelum mereka sampai di pasar itu. Ternyata pria itu adalah Lord Bern, salah seorang Lord yang hilang itu. Lord Bern mengakui Caspian sebagai rajanya ketika Caspian
memberitahukan identitasnya yang sebenarnya. Raja Caspian dibantu Lord Bern berhasil mengambil alih kembali kekuasaan di pulau itu dari Gubernur Gumpas yang tamak. Ia mengangkat Lord Bern sebagai penguasa baru disana dan memberinya gelar Duke Lone Islands. Setelah menguasai keadaan di istana gubernur, maka raja Caspian pergi ke pasar budak dan berhasil melepaskan teman-temannya.

Di pulau kedua yang mereka kunjungi, Eustace meninggalkan
kelompoknya untuk menghindari tugas. Dalam pelariannya dari tugas, ia sampai di lembah yang tidak dikenalinya dan menemukan sebuah gua. Dari dalam gua itu, seekor naga muncul dan mati tidak lama kemudian. Tiba-tiba turun hujan dan Eustace harus berlindung di dalam gua itu yang ternyata berisi harta karun. Dia menjadi tamak dan memenuhi kantungnya dengan emas dan perhiasan. Ia juga mengambil sebuah gelang dan memakaikannya diatas siku. Eustace lalu tertidur di gua itu. Ketika ia bangun, ia telah berubah menjadi seekor naga, dan gelang yang dipakainya sangat menyakiti lengannya yang telah menjadi besar. Ketika teman seperjalanannya melihat Eustace, pertama-tama mereka tidak mengenalinya. Namun dengan bahasa isyarat akhirnya mereka mengetahui bahwa Eustace-lah naga itu. Raja Caspian mengenali gelang yang dipakai Eustace sebagai milik Lord Octesian. Mereka beranggapan Lord Octesian tidak pernah pergi hidup-hidup dari pulau itu. Dalam bentuk seekor naga, Eustace menjadi sadar atas kelakuan nakalnya yang sebelumnya. Ia berubah menjadi lebih baik dengan membantu kelompoknya dengan kemampuannya sebagai seekor naga.

Suatu malam tiba-tiba Aslan muncul untuk mengunjungi Eustace. Aslan merubahnya kembali menjadi seorang
anak laki-laki. Sebagai hasil pertemuannya dengan Aslan, Eustace kini menjadi anak yang jauh lebih baik. Setelah Dawn Treader diperbaiki, mereka meninggalkan Dragon Island, demikian mereka menamakan pulau itu, dan melanjutkan perjalanan mereka.

Setelah itu mereka sampai di Burnt Island dan terus sampai di Deathwater Island (dinamakan demikian atas usul dari Reepicheep karena disana ada sebuah kolam yang membuat sesuatu yang masuk ke dalamnya menjadi emas, demikian juga dengan Lord Restimar , salah seorang Lord yang dicari, masuk ke dalamnya karena ingin mandi).

Setelah dari pulau itu, mereka singgah di The Duffers’ Island. Pulau itu dihuni oleh kaum Dufflepud yang dipimpin oleh Coriakin, seorang penyihir yang baik dan bintang yang sedang menjalankan hukuman.
Dalam perjalanan mereka, mereka juga melewati Pulau Kegelapan. Di pulau terakhir ini, mereka menemukan masalah besar, karena di pulau itu semua mimpi terburuk menjadi kenyataan. Disana mereka menemukan Lord Rhoop yang hidup dalam ketakutan karena telah tinggal di pulau itu cukup lama. Namun akhirnya mereka berhasil lolos dari pulau itu dengan panduan Aslan dalam bentuk seekor burung [albatros]].

Akhirnya mereka sampai di Pulau Ramandu, dimana mereka menemukan Lord Revilian, Lord Argoz dan Lord Mavramorn yang sedang tertidur karena sihir. Di pulau itu mereka bertemu dengan Ramandu seorang bintang tua yang beristirahat dan putrinya. Ramandu menjelaskan cara untuk membangunkan ketiga Lord tersebut adalah dengan berlayar ke Ujung Akhir Dunia dan meninggalkan salah satu awak kapal disana. Kapal Dawn Treader meneruskan perjalanan ke daerah dimana kaum Manusia Laut tinggal.

Disana air terasa manis, bukan asin se
perti biasanya. Akhirnya kapal tidak bisa meneruskan perjalanan lebih jauh karena air menjadi terlalu dangkal. Raja Caspian memerintahkan untuk menurunkan perahu dan mengumumkan bahwa ia akan menuju Ujung Akhir Dunia bersama dengan Reepicheep. Para awak dan sahabat-sahabatnya tidak setuju dengan rencana itu, dengan alasan seorang raja tidak boleh meninggalkan rakyatnya. Raja Caspian memasuki kabinnya sambil marah-marah. Namun tidak lama kemudian, mereka menemukan sang Raja dengan muka yang pucat dan mata yang berkaca-kaca.

Ternyata, Aslan sudah menegurnya dan mengatakan hanya Ree
picheep, Edmund, Lucy dan Eustace yang boleh melanjutkan perjalanan. Yang lain harus kembali ke Narnia. Lucy, Edmund, Eustace dan Reepicheep melanjutkan perjalanan dengan perahu melalui lautan bunga yang seperti karpet sampai ke daerah yang sudah terlalu dangkal bagi sebuah perahu. Reepicheep melanjutkan perjalanan dengan sebuah perahu kulit kecil yang hanya bisa dipakai Reepicheep, dan Reepicheep sudah tidak akan pernah ditemui lagi di Narnia.

Lucy, Edmund dan Eustace lalu berjalan di tempat dangkal dan
menemukan seekor Domba yang menawarkan sarapan ikan bakar. Domba itu kemudian berubah menjadi Aslan yang memberitahu bahwa Lucy dan Edmund tidak akan kembali lagi ke Narnia. Mereka diminta untuk belajar tentang Aslan yang mempunyai nama lain di dunia mereka. Di bagian akhir diceritakan tentang Eustace yang sudah berubah menjadi anak baik, dan raja Caspian yang akhirnya menikahi putri Ramandu.


Rabu, 08 September 2010

Tentang Rasa #part 4 (Jangan panggil Aku Acha)

"Hoaaaamp" Acha menguap saat tersadar dari mimpinya lalu melihat jam yang tergantung didinding kamar barunya, pukul setengah enam pagi.Hari ini adalah hari pertama Acha sekolah disekolah barunya. Jadi, Acha benar-benar ingin mempersiapkan dirinya untuk hari ini.

Setelah mandi, Acha membereskan kamarnya. lalu bercermin merapikan pakaian dan menata rambutnya.Acha membiarkan rambutnya tergerai, dia menambahkan jepitan kupu-kupu lucu tak jauh dari telinganya, membuat Acha terlihat semakin manis.

tok tok tok, seseorang mengetuk pintu kamar acha. Acha pun segera membukanya.

"Oh, lo udah bangun" ucap orang itu lalu segera berbalik dari hadapan Acha

"Ray!" panggil Acha yang membuat langkah Ray terhenti. Ray menengok ke arah Acha, menatap Acha seakan-akan bilang "mau apa lo manggil gue?"

"kamu kok belum siap-siap ke sekolah?" tanya Acha lalu memperhatikan Ray dari kaki sampai kepala, masih sangat berantakan.

"Lo aja yang terlalu rajin, masuknya jam setengah delapan non.. sekarang baru jam enam lewat dikit" ucap Ray lalu pergi, Acha masih bingung. setengah delapan? siang amat? batin Acha kemudian mengangkat bahunya, mencoba mengabaikan.

Acha berjalan menuju ruang makan. disana sudah ada bibik dan bunda Ray yang sedang sibuk menyiapkan sarapan.

"pagi tante, pagi juga bik" sapa Acha kepada bunda Ray dan bibik

"pagi non Raissa" sapa bibik

"pagi.. wah, kamu yang namanya Raissa ya?" bunda Ray segera menghampiri Acha. dari kemarin lusa Acha dirumah Ray, dia memang belum bertemu bunda dan ayah Ray, dikarenakan orang tua Ray sibuk

"iya tante.." jawab Acha sambil tersenyum

"maaf ya cantik, dari kemarin tante gak dirumah"

"gapapa tante, raissa tau kok kalo tante sibuk.."

"makasih Raissa, oh ya kamu sudah ketemu Ray?" tanya bunda Ray

"sudah tante, Ray yang menjemput Raissa dibandara kemarin lusa" jawab Acha

"owh baguslah.. tapi Ray baik-baik aja kan sama kamu?"

"Ray baik kok sama Raissa" kata Acha sambil tersenyum

"oh, syukurlah.. kalau begitu, kita sarapan bareng-bareng ya? tante panggilkan Ray dan Ayahnya dulu.. sebentar ya sa"

tak lama kemudian seluruh anggota keluarga Ray berkumpul d meja makan.

"hay Raissa" sapa Ayah Ray

"pagi om.." sambut Acha tersenyum

"Ray, nanti Raissa ke sekolah bareng kamu ya?" ucap Ayah Ray

"Hah? kenapa harus bareng aku sih? apa nanti kata temen-temenku kalo RAY seorang drummer terkeren dateng kesekolah sama cewek? kenapa Raissa gak di anter sama mang jojo*supir* aja?" tolak Ray, karena selama ini Ray dikenal sebagai cowok keren tapi cuek, apalagi sama cewek. dan lebih parahnya lagi, dia udah janji sama Rio dan teman-teman satu bandnya kalau dia tidak akan pacaran sampai lulus SMA *nahlo?!* kalau Ray bareng Acha, bisa turun reputasinya! Apa kata dunia? haha --"

"hmm om, Raissa bisa berangkat sendiri kok.." ucap Acha yang tidak ingin terjadi keributan dirumah Ray gara-gara dirinya, sebenarnya Acha sangat kesal dengan sikap Ray

"tuh, Ayah denger kan? Raissa bisa berangkat sendiri. ayah gak perlu manjain dia" kata Ray

"kamu yakin Raissa? bisa berangkat sendiri? soalnya mang jojo lagi pulang kampung, anaknya sakit" tanya Ayah Ray

"Bisa kok om, Raissa kan udah gede.."

"tapi.. kamu baru kembali dari jepang.."

"dulu kan Raissa pernah tinggal dijakarta, Insya Allah Raissa bisa kok berangkat sendiri. lagian kata Ray, sekolahnya gak terlalu jauh kan?"

"ya sudah kalau begitu, kamu naik taksi saja ya?" saran Bunda Ray

"iya tante"


******

Hampir 30 menit Acha menunggu taksi, namun yang ditunggu tak kunjung datang. Acha terus melirik jam tangannya, sudah pukul 07.20

"huh! kenapa gak ada taksi sih?" gerutu Acha. Akhirnya Acha memutuskan untuk jalan kaki saja, meskipun sebenarnya Acha belum tahu kemana jalan menuju sekolah barunya.

Acha berjalan pelan tanpa arah, masih berharap semoga ada sebuah taksi yang lewat. Acha merasa sedikit lelah, sampai saat ini dia belum menemukan tanda-tanda sekolah barunya sudah dekat. sepertinya masih lumayan jauh, atau mungkin sangat jauh

setelah sekian lama menunggu, wajah langsung sumringah saat ia melihat sebuah taksi disebrang sana. Acha segera menghampiri taksi itu, tanpa menoleh kanan-kiri dahulu. saat berada ditengah jalan, tiba-tiba sebuah motor sambil terus-terusan mengklakson agar Acha tidak menghalangi jalannya. tapi Acha tidak sadar sampai akhirnya motor tersebut menyerempet Acha. lengah Acha berdarah, wajahnya memerah karena kesal. sang pemilik motor turun hendak meminta maaf tapi Acha terlanjur emosi

"HEH! KAMU KIRA JALANAN MILIK SENDIRI? Liat! lenganku jadi luka dan berdarah! bajuku juga jadi berantakan" tanpa babibu Acha langsung menyemprot orang itu sambil merapikan rok sekolahnya

"so.. sorry.. " orang itu melepas helm yang dikenakannya, seorang laki-laki. lalu pemuda tersebut menjulurkan tangannya ke Acha.

"sorry, gue buru-buru" lanjut pemuda itu. Acha mengangkat kepalanya, tidak menyambut tangan pemuda tersebut

"kamu gak punya tata krama? hah?" Acha masih emosi, sedangkan pemuda itu terkejut melihat wajah gadis dihadapannya

"Acha?.." panggil pemuda itu. Acha kaget. mengapa orang ini tau panggilannya saat ia kecil?

"Apa? kamu manggil aku apa?" tanya Acha

"Acha. lo Acha kan?"

"ka.. kamu siapa?"

"Lo gak inget sama gue? ini gue, Rio! inget kan?" ucap Rio berbinar-binar. Acha semakin kaget. Apa? RIO?

"Sorry, kamu salah orang" Acha cepat-cepat pergi

"Acha! tunggu cha, ini gue. RIO! sahabat lo waktu kecil!" Rio mengejar Acha

"kamu salah orang, aku bukan Acha!" Acha terus berjalan tanpa memeperdulikan Rio yang masih mengejarnya

"gue yakin LO ACHA!Lo pasti inget gue dan Shilla!" Acha menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Rio.

"Namaku RAISSA, bukan Acha! aku gak kenal kamu dan orang yang namanya Shilla. ngerti? maaf, aku buru-buru" Acha segera menaiki taksi, dan pergi

Selama diperjalanan entah mengapa Acha merasa gelisah. Rio? benarkah dia Rio? Ya tuhaaan, kenapa aku harus bertemu lagi dengannya?

***

Sesampainya disekolah baru, Acha segera menuju ruang kepala sekolah.

"permisi.." Acha membuka pintu ruang kepsek. dilihatnya seorang perempuan yang tak lagi muda, Bu Ira

"silahkan masuk" jawabnya

"terima kasih bu.."

"hmm kamu anak baru pindahan dari jepang ya?" tanya Bu Ira

"iya.. maaf bu saya telat, saya sempat kesasar" jawab Acha

"ya sudah, karna hari pertama, di maafkan. tapi kalau besok-besok terlambat lagi, kamu akan dikenakan sanksi"

"makasih bu, saya mengerti.."

"baiklah, sekarang Ibu akan mengantar kamu kekelas baru kamu"


****

Bu Ira mengantar Acha kekelas.. XI-A Exact. Acha memasuki kelas tersebut, gugup. Apalagi kelas mendadak sepi saat Acha masuk, tapi Acha berusaha terlihat biasa saja dan tetap tenang.

"Ibu tinggal dulu ya nak. tolong jangan buat kami menyesal karna telah menerima kamu disini" ucap Bu Ira penuh harap. Acha tersenyum

"Insya Allah" jawab Acha singkat

"Mr. Joe, saya serahkan Raissa kepada bapak" kata Bu Ira kepada guru yang tadi sedang mengajar dikelas barunya itu. Mr. Joe hanya tersenyum, lalu Bu Ira pergi.

"Perhatian. kalian mendapat teman baru, dia pindahan dari jepang. tolong perkenalkan diri kamu kepada kami semua"

"terima kasih Mr. Joe.." Acha melihat calon sahabat-sahabat barunya, mata Acha keseliling ruangan. semua mata tengah memandangnya, terkecuali satu orang yang sibuk dengan urusannya sendiri. Acha mengenalnya, dia RAY. Entahlah, apa yang sedang dilakukan Ray dimejanya. Ray memang menyebalkan! Lalu Acha melihat orang yang duduk disebelah Ray, dia.. RIO. huh! kenapa sih ketemu lagi? batin Acha. Rio terus menatap Acha, saat mengetahui Acha melihat ke arahnya, Rio tersenyum. Namun Acha mengalihkan pandangannya. Acha menarik nafas

"perkenalkan, aku Raissa. pindahan dari jepang. salam kenal dan Mohon bantuannya"

"baik, silahkan kamu duduk dibangku kosong sebelah sana" Mr.Joe menunjukkan sebuah kursi kosong disamping cewek cantik yang terlihat bersahabat. Acha segera menuju tempat duduk yang ditunjuk Mr. Joe.

"hay.. kenalin, gue Sivia.. panggil aja via" Sivia memperkenalkan dirinya. Acha hanya tersenyum simpul. kemudian dua gadis yang duduk didepan Acha dan Sivia menengok ke arah mereka.

"Raissa, salam kenal ya.. gue Ify" kata seorang Gadis manis berbehel

"Raissa lo tau gak? lo ngingetin gue sama temen gue waktu kecil" kata gadis samping Ify

"oh ya?" tanya Acha penasaran. gadis itu mengangguk mantap, Acha tersenyum (lagi)

"eh, gue Shilla" seketika senyum Acha memudar. mengapa bisa bertemu dengan Rio dan Shilla lagi, sekelas pula.


TEEEEETTT bel Istirahat berbunyi, sebagian besar murid keluar kelas. mungkin mereka ke perputakaan atau kekantin. hanya tinggal beberapa siswa yang masih didalam kelas

"Shill, ke kantin gak lo?" tanya Sivia

"hmm, boleh deh.. Raissa, kamu ikut yuk" ajak Shilla

"iya.. kamu gak ikut fy?" tanya Acha yang melihat Ify masih duduk dikursinya, sibuk dengan handphonenya

"alaah, mana mau Ify ke kantin. kecuali yang ngajak ayang Rio haha" ledek Shilla yang diikuti tawa oleh Sivia. sedangkan Acha sama sekali tidak tertawa. jadii.. Ify pacarnya Rio? entah mengapa Acha merasa kecewa, Acha sendiri tidak mengerti. atas dasar apa dia bisa merasa kecewa. mungkinkah....

"udah deh, jangan ngetawain gue. katanya pada mau kekantin?" ucap Ify manyun

"oh... ngusir kita nih? tau deh yang mau berduaan.. ya udah, kita pergi yuk, takut ganggu orang pacaran" ledek Sivia, dan segera kabur keluar kelas

"iiih apaan sih lo vi!" teriak Ify

"halo cantik.."

"ih, baru tau lo yo gue cantik?" kata Ify narsis

"dimata gue, lo gadis tercantik sejagad.."

"mulai deh gombalnyaa"

"haha tapi lo seneng kan??" goda Rio. Ify hanya tersenyum malu-malu

"Fy, gue mau ke toilet dulu ya. lo mau ikut gak?"

"Ngaco lo! ngapain gue ikut?"

"biasanya kan dimana ada gue, disitu ada lo.. iya gak?" Rio menaik-turunkan alisnya

"tapi gak ke toilet! udah sana gih.."

"beneran nih gak mau ikuut???"

"ini orang ngeselin banget sih" kata Ify sambil melotot, Rio berlari pura-pura ngeri.


****

Dikantin, Acha merasa bosan. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.

"vi, shill, aku mau ke perpus"

"mau gue anter?" tawar sivia

"gak usah, makasih vi. aku duluan ya vi, shill.."

Acha berjalan santai dikoridor sambil melihat-lihat sekolah barunya.

"Acha!!" ada yang memanggilnya, Acha menoleh. RIO? Mau apalagi dia?

"hei, gue seneng ternyata kita sekelas" sapa Rio ramah. Acha tersenyum paksa

"Aku Raissa. Oke?"

"Tapi kenapa pas gue panggil Acha, lo nengok?" Acha tak mengira Rio akan bertanya seperti itu. BODOH! kenapa harus menoleh tadi? batin acha

"Lo gak bisa jawab pertanyaan gue kan? ACHA?" grrr Acha bingung harus bagaimana. Acha tidak mau mengenal masa lalunya! tapi kenapa orang-orang dimasa lalunya muncul kembali? Acha hendak menghindar, namun Rio menahannya.

"Kenapa lo gak mau ngaku kalo lo Acha?" Rio menatap mata Acha tajam, setajam silet (Loh?). Acha balas menatap Rio dengan tatapan tak kalah tajam.

“udah berapa kali aku bilang sama kamu? JANGAN PANGGIL AKU ACHA!! Aku ini bukan Acha! kenapa sih kamu gak ngerti-ngerti??” ucap Acha pelan tapi cukup menusuk. Acha terus berusaha meyakinkan Rio kalau dia bukan orang yang dimaksud oleh Rio

“enggak.. gue yakin lo pasti Acha, gue gak mungkin lupa sama lo cha.. gak mungkin!!” Rio tetap bersikeras mengatakan kalau gadis yang didepannya saat ini benar-benar Acha

“Hhh!! asal kamu tau, aku paling BENCI orang SOK TAU kayak kamu!!” gadis itu tersenyum sinis lalu meninggalkan Rio begitu saja. Rio hanya terdiam, menatap pundak Acha

‘kenapa lo gak mau kenal gue lagi?? Gue kangen sama lo cha.. gue yakin lo acha, sinar mata lo gak berubah..’


Sinar matamu masih seperti dulu, saat engkau tinggalkan diriku.. *drive-karna kita*

Dear Diary (sedih banget kalo denger lagu ini)

dear diary ku ingin cerita kepadamu

tentang nya yang dulu singgah di hatiku

sejak itu hidupku jadi bahagia

karena dia slalu ada di hidupku oh


tapi kini dia menghilang

dan tak tau entah (berada) dimana

diaryku ku merindukannya

pujaanku engkau ada dimana


telah habis air mata

dan segenggam kata2 ku curahkan

haruskah aku berlari sampai ke ujung dunia

untuk mencarinya oh


tapi kini dia menghilang

dan tak tau entah (berada) dimana

diaryku ku merindukannya

pujaanku engkau ada dimana

Lebaran tanpa Handphone :(

Ternyata gue masih GAK RELA kalo ternyata HP gue udah ilang! udah 2 tahun HP itu milik gue dan sekarang LENYAP gitu aja :( pasti beda banget rasanya hari-hari gue tanpa HP, sebelumnya gue gak pernah bisa jauh dari HP -___- Ortu gue mau aja sih beliin yang baru, tapi nanti kalo nilai semester ini, nilai gue naik semua. SEMOGA BISA AMIN

Padahal kemaren gue baru ngisi pulsa, banyak! Pulsa sms, pulsa Internet sama pulsa yang reguler persiapan buat lebaran, karna gue pikir pasti konter-konter pulsa tutup semua kalo lebaran, jadi gue beli pulsa lebih awal dan sekalian banyak. Udah gitu baru seminggu yang lalu gue beli batre baru pake uang jajan gue sendiri gataunya baru 4 hari HP gue LENYAP.

tuh PENCOPET rese banget TAUGAK? GAK NYADAR APA KALO INI LAGI BULAN RAMADHAN? MASIH AJA NYOPET! SEMOGA DAPET KARMA!

sedih banget lebaran tanpa HP :( biasanya kan kalo lebaran asik banget tuh SMSan.

Senin, 06 September 2010

SIAL

5 September 2010

hari ini gue bener-bener SIAL! HAPE GUE ILANG!

DICOPET

gue MALES nyeritainnya!!

Rabu, 01 September 2010

Tentang Rasa #part 3 (Rindu yang tak mampu ditafsirkan)

Shilla menyeret tangan Rio saat memasuki sebuah kafe, yang diseret sih pasrah aja haha :D.

"Rio! Shilla!" tiba-tiba ada yang memanggil mereka

"Hey! sorry banget ya fy kita telat.." ucap Rio 'pura-pura' menyesal dihadapan kekasihnya

"elaaah gak usah pasang muka melas gitu deh! Fy, lo tau kan kebiasaan cowok lo ini? tukang ngareeettt. jangan dikasih ampun fy"

"Shill, lo jangan menghasut Ify deh.. gpp ya Ify sayang? gue kan cuma telat beberapa menit doang" kata Rio memasang tampang 'melas'

"haha iya gpp, gue heran kalian kok gak pernah akur ya? berantem terus.. damai kek sehariiii aja.. " Ify tertawa "Ray juga belum dateng kok" lanjut Ify

"hah? belom dateng?" tanya Shilla

"katanya dia ada urusan dulu, bentar lagi juga dateng" jawab Ify

"owh, ya udah kita siap-siap dulu yuk" ajak Rio

Selain Rio dan Shilla, Ify dan Ray juga bekerja dikafe tersebut. mereka membentuk sebuah band. Shilla sebagai vokalis, Rio memegang gitar, Ify memainkan piano dan Ray dengan drumnya.


SKIP>

Tak lama kemudian Ray datang, masih bersama Acha tentunya. Dengan susah payah Acha membawa barang-barangnya. Mulai dari bandara, Acha sudah kewalahan. lalu saat di motor Ray, Acha tambah kerepotan. Sudah tahu Acha kesusahan membawa barang bawaannya, si Ray bukannya nganterin Acha pulang dulu malah disuruh nungguin dia berkerja. "elaah gak lama kok.. kalo mau lo sendiri aja gih kerumah gue, emang lo tau rumah gue?" huh, kalau mengingat waktu Ray bilang gitu Acha benar-benar merasa sebal. Akhirnya terpaksa Acha menunggu Ray, tak ada pilihan lain.

"Lo tunggu disana aja" perintah Ray sambil menunjuk meja yang kosong

"emangnya disini kamu kerja apaan?" tanya Acha

"ntar juga lo tau, udah deh duduk aja disana" Akhirnya Acha menurut. sementara Ray menghampiri Rio, Ify dan Shilla


*****

"Lo kemana aja Ray? tumben dateng terakhir, biasanya kan lo paling rajin" tanya Shilla

"ada urusan" jawab Ray singkat

"ya udah yuk, kita siap-siap" ajak Ify

****
pukul 19.00

"selamat malam semua" ucap Shilla mewakili teman-temannya. saat ini Shilla dan yang lain sudah berada diatas panggung kecil. "hari ini kami akan membawakan lagu tentang persahabatan semoga anda terhibur" lalu Rio, Ify dan Ray mulai memainkan alat musik mereka. sedangkan Shilla mulai mengeluarkan suara indahnya.

And I Never thought I'd feel this way
And as far as I'm concerned
I'm glad I got the chance to say

That I do believe I love you


And if I should ever go away

Well then close your eyes and try
to feel the way we do today
And than if you can't remember.....


Keep smilin'
Keep shinin'
Knowin' you can always count on me

for sure
that's what friends are for

For Good Times And bad times
I'll be on your side forever more
That's what friends are for




Well you came in lovin' me

And now there's so much more I see

And so by the way I thank you....


and then
For the times when we're apart
Well just close your eyes and know

These words are comming from my heart

And then if you can't remember....Ohhhhh


Keep smilin'
Keep shinin' Knowin'
you can always count on me

for sure
that's what friends are for

For Good Times And bad times

I'll be on your side forever more
That's what friends are for


Mmmhmm thats what friends are for mmmhmm yea


Tak jauh dari panggung mungil itu, Acha mendengarkan lagu tersebut. Acha merasa sudah tak asing dengan suara gadis yang sedang bernyanyi itu. Tiba-tiba dia teringat masa lalunya bersama sahabat-sahabatnya, Acha sangat merindukan mereka. tapi Acha sudah terlanjur berjanji akan melupakan semua yang berhubungan dengan masa lalunya. ya, semuanya. kecuali mama dan papanya.


****

"gue duluan ya guys"

"Lo kok buru-buru amat Ray? ini kan malem minggu, santai aja kali.." ucap Rio

"iya, besok libur kok.. baru jam setengah sembilan" Ify mendukung ucapan Rio

"kita jalan-jalan dulu aja tuk Ray" tambah Shilla

"Gak bisa kasian anak temen bokap gue, udah nungguin daritadi"

"nungguin lo? kenapa gak lo anter dia kerumah lo dulu?" tanya Ify

"kala gue balik dulu, pasti gue telat.."

"emang dia nunggu dimana?"

"tuhh.. gue duluan ya" Ray segera menghampiri Acha

"yaahh, ya udah deh.. gue balik juga" kata Shilla

"Loh? kenapa Shill? ikut jalan-jalan aja" tanya Ify bingung

"enggak deh, ntar kalian pacaran gue dikacangin -_-"

"ya udah, mending lo balik deh" ledek Rio

"oke, babaii" Shilla pun pergi. Rio dan Ify hanya tertawa


*****

"Raissa, ayo balik" ajak Ray. kali ini Ray membantu Acha membawa barang-barangnya.

"makasih" ucap Acha

"Buat?" tanya Ray heran

"kamu mau bantu aku bawain tas aku" Acha tersenyum

"elaah santai aja kali" lalu Ray berjalan diikuti Acha dibelakangnya. Saat ingin keluar kafe, mereka bertemu Rio dan Ify.

"duluan ya guys" ucap Ray

"Sip, hati-hati" balas Rio. Namun saat melihat gadis yang bersama Ray, tiba-tiba Rio merasakan sebuah kerinduan mendalam yang ia sendiri tak mampu mengartikannya. Rio terus memperhatikan gadis itu sampai...

"yo? lo kenapa? kok liatin cewek itu sampe bengong gitu?" selidik Ify yang memecahkan lamunan Rio.

"eh? eng.. enggak kok, gue cuma inget sama seseorang waktu liat cewek tadi. tapi gue lupa. emm, udahlah.. gak penting juga. kita kemana nih?"

"gue mau pulang aja deh" jawab Ify yang tiba-tiba bad mood

"lo gak marah sama gue kan fy?" Ify menggeleng sambil memaksakan untuk tersenyum. entah mengapa perasaan tidak enak, Ify takut kehilangan Rio.

to be continued :)