BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 29 Oktober 2010

Tentang Rasa #part 6

Ify berjalan lunglai memasuki sebuah kafe, tempat ia dan teman-temannya bekerja setiap malam minggu. matanya bengkak dan merah akibat menangis, Ify tidak menyangka Rio tega membohonginya selama hampir 2 tahun. selama ini Ify mengira Rio adalah tipe laki-laki yang setia, karena Rio tidak pernah berbuat macam-macam. ya, Rio setia.. tapi pembohong. apa artinya kata-kata manis yang selalu keluar dari mulut Rio? Bullshit!

Ify terus berjalan masuk kedalam kafe sampai tiba disebuah ruangan, di dinding pintunya terlihat tulisan 'Tn. Cakka Kawekas Nuraga'. Ify mengetuk pintu ruangan tersebut.

"masuk" terdengar suara seseorang dari dalam ruangan itu. Ify segera masuk, lalu duduk didepan kursi Cakka tanpa dipersilahkan.

Cakka, anak dari teman dekat Ayah Ify. Dia adalah pelindung Ify sejak Ify kecil. Umurnya 5 tahun lebih tua dari Ify. laki-laki yang cerdas, diusianya yang terbilang sangat muda, Cakka sudah memiliki usaha sendiri. Cakka merupakan salah satu pengusaha termuda di Nusantara. Kafe ini hanya satu dari beberapa usaha yang dimiliki Cakka.

Cakka menyimpan perasaan yang sangat dalam terhadap Ify, namun cintanya bertepuk sebelah tangan dan tak pernah terbalaskan. Ify hanya menganggap Cakka sebagai kakak sekaligus sahabatnya. Ify sangat mempercayai Cakka, Ify selalu menyimpan seluruh rahasianya pada Cakka. ya, hanya sebatas itu. sungguh tragis *lebaynya kambuh :p haha*

"Ify? tumben lo kesini? inikan bukan hari sabtu" tanya Cakka heran. Ify diam menunduk sambil meremas-remas papan nama bertuliskan 'Manager' dimeja kerja Cakka

"Hiks" Ify hanya menjawab dengan isakan tangis

"Lo nangis fy??" Cakka agak terkejut mengetahui Ify yang selalu terlihat ceria, kini sedang menangis dihadapannya

"hiks" Cakka beranjak dari kursinya lalu duduk dikursi kosong sebelah Ify. kemudian membelai rambut Ify

"Lo ada masalah? boleh gue tahu masalah lo?" Tanya Cakka lembut

"hiks" lagi-lagi Ify menjawab dengan isakan tangis. Cakka menarik nafas, bingung bagaimana caranya agar Ify mau bicara

"gak biasanya lo nangis. Ify yang gue kenal adalah gadis periang, gak cengeng kayak gini. bilang sama gue, siapa yang bikin lo nangis?" Cakka tidak tega melihat gadis yang sangat dicintainya menangis sampai sulit bicara, Cakka berfikir pasti masalah yang sedang dihadapi Ify sangatlah berat. Dan Cakka bersumpah akan memberi ganjaran setimpal untuk orang yang telah tega membuat Ify menangis.

"rr.. rio kak hiks"

"Rio?" Cakka kurang percaya kalau Rio yang membuat Ify seperti ini. karna setahu Cakka, Rio dan Ify selalu baik-baik saja. belum pernah Cakka mendapat kabar mereka bertengkar.

"hiks" Ify menganggukan kepalanya pelan. Cakka tidak tega menanyakan lebih lanjut. ia takut Ify semakin sedih karna harus mengingatnya lagi. Biarlah Ify menenangkan hati dan fikirannya dulu. biasanya, kalau sudah merasa sedikit tenang, Ify akan dengan sendirinya bercerita dengan Cakka


***

"vin, gue uda keliling sekolah. tapi gue gak nemuin Ify dimana-mana" ujar Shilla agak kelelahan karna habis mengelilingi sekolahnya yang sangat luas

"gue juga shill.. gue uda cari Ify ke seluruh kelas sampe ke lantai 4, ke ruang guru, perpus, kantin, lab komputer, lab IPA, lab bahasa, ruang musik, Aula, lapangan basket, lapangan voli, lapangan futsal, parkiran motor, parkiran mobil, taman sekolah, toilet guru, toilet cowok, toilet cewekpun udah gue datengin shill!!" Alvin nyerocos gak jelas sementara Shilla bengong mendengar perkataan cowok paling bawel bin cerewet yang pernah terlahir *180 derajat sama aslinya ya? haha :p*

"Shill, lo gak dengerin gue ya?" saat Shilla ingin menjawab, tiba-tiba Alvin memotong

"eh, tempat favorit Ify dimana shill?"

"ha?" tanya Shilla masih agak bingung

"aduuuh elo tuh ya.. loadingnya lama bener.."

"sialan"

"maksud gue, biasanya Ify kemana kalo dia lagi sedih?" Shilla tampak berfikir

"Shillaaaaaaa mikirnya lama banget sih. lo tinggal jawab aja, pertanyaan gue gak susah kan shill? lo kan sahabatnya Ify, pasti lo tau"

"elah lo! bawel banget jadi cowok! sebenernya lo itu cewek apa cowok sih? mulut lo kaya mulut cewek tau gak?!"

"Loh? kok elo jadi sewot? emang lo gak bisa liat? uda jelas banget kalo gue itu Cowok tulen! kenapa lo masih tanya juga?"

"grrrrr!! udalah!" shilla geram dan meninggalkan Alvin

"SHILLAAAA! WOY tungguin gue!" Alvin mengejar Shilla, dan akhirnya sejajar dengan shilla

"lo mau kemana? kok gue ditinggal?" shilla tak menjawab

"shill? lo mau balik? kita kan belom nemuin Ify?"

"gue udah tau dimana Ify"

"oh ya? dimana Shill? ya udah, lo tungguin di gerbang depan ya? gue ambil motor.. lo bawa mobil kan?"

"iyeee, cepetan" Alvin segera berbalik arah menuju parkiran motor, sedangkan Shilla menuju parkiran mobil


****

*sekarang mau liat siapa nih? intip Sivia yuk? :p*

Tingnong Tingnong, Sivia memencet bel rumah Shilla sesampainya disana. setelah beberapa saat kemudian, seseorang membukakan pintu untuknya.

"hai, temannya Shilla ya?" ucap seorang pemuda tampan menyapa sivia ramah dan Sivia dibuat kaget sampai terbengong karna pemuda tersebut

'aduuuh sialan sialan sialan! kak Gabriel ganteng bangeeeeeet!! aaaaa biasanya gue cuma bisa liat di TV, tapi sekarang? Oh my Gooooooood!! dia didepan gue! waduh, ini mimpi bukan ya? ternyata gantengan aslinyaaa!! tolong ini bukan mimpiiii, semoga bukan mimpiii' sivia berteriak-teriak dalam hati, sampai..

"hey! kok melamun?" pemuda itu membuyarkan lamunan Sivia lalu sukses membuat sivia salah tingkah

"eh? eng.. i.. iya kak, aku temennya shilla hehe" Sivia nyengir gak jelas. Gabriel tertawa kecil melihat tingkah Sivia

"kalo gitu tunggu di dalem aja, Shillanya belum pulang. mungkin sebentar lagi"

"iya kak makasih hehe" Gabriel tersenyum. 'ya tuhaaaaan, jangan sampe gue pingsan sekarang! gila, senyumnya maut banget'

"oh ya, nama kamu siapa?" tanya Gabriel setelah mereka sudah berada diruang tamu rumah Gabriel dan Shilla

"nama? aku? eh? siapa ya?" aduh.. gue kok jadi oon gini sih? sial! umpat sivia dalam hati

"iya.. nama kamu siapa? masa lupa sama nama sendiri?" Gabriel geleng-geleng kepala sambil tertawa

"hehe namaku Sivia kak.." sivia nyengir kuda. gabriel manggut-manggut, lalu...

HENING

HENING

HENING

"kak" , "siv" ucap Sivia dan Gabriel bersamaan

"eh, sorry kak.."

"gpp kok.. oh ya, tadi kamu mau ngomong apa?"

"emm.. kakak kok tumben banget ada dirumah?"

"emangnya kenapa?"

"gak kenapa-kenapa sih kak hehe. tapi biasanya kan kakak sibuk show keliling Indonesia.."

"oh, aku lagi break dulu selama satu minggu.. ya lumayanlah, bisa refreshing haha"

"kak, aku boleh tanya lagi gak?"

"boleh, tanya aja siv.. gak usah izin segala.. haha"

"hehe.. anu kak, kan ada gosip kakak pacaran sama kak Angel yang jadi model videoclip terbaru kakak, emang itu beneran ya kak?"

"hahaha sivia.. kamu dapet info darimana sih?"

"aku nonton infotaiment kak, gosipnya lagi rame banget tuh kak" jawab sivia polos "emang kak Gabriel gak liat TV kak?"

"haha aku paling males nonton TV.. kayaknya kamu penggemar infotaiment ya siv?" selidik Gabriel

"eh? nggg.. nggak juga kak"

"oya?"

Gabriel pun menemani sivia berbincang sambil menunggu Shilla, Alvin dan Ify.

sekilas tentang Gabriel. ia adalah Satu-satunya kakak Shilla. Gabriel juga sahabat Cakka sejak SMP. namun kini mereka telah meniti kariernya masing-masing. Cakka sebagai pengusaha, sedangkan Gabriel lebih memilih berkecimpung didunia hiburan. Gabriel berprofesi sebagai model, penyanyi sekaligus aktor papan atas Indonesia. Berkat profesianya itu Tentu saja Gabriel memeliki segunung merapi (?) Fans fanatik. Dan Sivia adalah salah satunya. kuping Shilla saja sampai panassss dan gatal-gatal kalau sivia sedang membicarakan kakak tersayangnya itu, berbagai pujian Sivia lontarkan untuk Gabriel. ckck

****

"Ify, denger gue.. Masalah yang lo hadapin sekarang ini merupakan bagian dari lika-liku dan warna-warni kehidupan lo. kalau hidup kita gak ada cobaan dan masalah, pastinya hidup ini akan terasa datar"

"tapi kak.. Rio udah jahat dan keterlaluan banget hiks"

"gue tau fy.. tapi lo harus berfikir dewasa. Rio bukan cowok satu-satunya didunia ini. masih banyak yang jauh lebih baik dari dia, suatu saat nanti pasti lo menemukannya. mungkin gak sekarang, tapi nanti disaat yang tepat.. semuanya pasti indah pada waktunya, lo harus percaya itu" Cakka menghapus air mata dipipi lembut Ify

"jangan nangis lagi ya? coba lo pikir, buat apa lo nangis untuk orang yang gak peduli sama lo? dia gak pantes ditangisi, jangan buang-buang air mata lo fy.."

"iya kak.. makasih" Ify tersenyum

"nah, gitu dong.. kan cantik.."

Tok tok tok, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruang kerja Cakka. kemudian Cakka membuka pintu dan menemukan Shilla bersama Alvin disana.

"hay kak Cakka" sapa Shilla

"nyari Ify kan?" tanya Cakka to the point

"iya kak.. Ify kesini?"

"ada kok, masuk aja" Alvin dan Shilla pun masuk

"Ify? astaga.. gue sama Shilla nyari lo keliling sekolah tau gak? ternyata lo malah enak-enakan duduk disini? gue capek fy.. sumpah! kaki gue pegel-pegel! tuh liat, gue ampe keringetan" semprot Alvin yang langsung mendapat 'plototan' dari Shilla

"lo kenapa sih melototin gue?" tanya Alvin

"lo bisa gak sih mingkem satu jam aja??"

"kalo gue ga bisa, lo mau apa? hah?"

"mau gue tonjok tuh mulut lo"

"emang lo berani?"

"oh, lo nantangin gue?"

"WOY! Stop!!!! kalo mau berantem jangan disini.. oke?" lerai Cakka sementara Ify malah ketawa ngakak -,-

"Alvin duluan kak yang mulai! bukan gue"

"eh, ga salah? elo yang melototin gue duluan"

"nyebelin lo!"

"elo"

"lo!"

"LO"

"ELOOOO"

"pokoknya lo TITIK"

"Sekalinya LO tetep LO!"

"WOYY! uda gue bilang kalo mau berantem jangan disini! ngerti gak sih?!" suasana mendadak hening

"ehm" Akhirnya Ify bersuara, berusaha mencairkan suasana

"lo pada ngapain kesini?" tanya Ify

"gue mau ngajak lo ngerjain tugas fisika bareng.. dirumah gue.. lo mau kan?"

"emm, sebenernya gue males banget shill.. tapi, besok mesti dikumpulin ya? ya udah deh, gue ikut.." shilla menghela nafas lega atas jawaban Ify

"Langsung aja yuk.. Via uda duluan kerumah gue"

"yuk.. kak, gue mau ngerjain fisika dulu ya kak? makasih uda mau dengerin gue cerita" Cakka tersenyum

"oke, baik-baik ya.."


****

10.30 PM

"Yes! bagian gue udah selesai. lo berapa nomer lagi Cha?" Tanya Ray pada Acha. mereka sedang mengerjakan tugas berdua, Acha dan Ray saling bekerja sama agar tugas mereka cepat selesai

"Ray, kamu cepet banget sih ngerjainnya"

"Cha, kita ngerjain dari sore, jam segini baru selesai lo bilang cepet?"

"aku aja belum selesai.."

"nomer berapa aja yang belom?"

"tinggal 1 nomer lagi.. susah banget! angkanya jelek, susah dihitung, banyak koma-komaannya"

"iya, tapi nomer berapa ACHA?? siapa tau gue bisa bantu" tanya Ray lagi

"hmm.. nomer 47, tadi aku pake rumus ini nih" Acha menunjukan rumus

"oh pantesan jawabannya gak ketemu.. lo salah rumus cha, harusnya pake rumus yang ini.." Ray mengajari Acha dan akhirnya tugas mereka berhasil diselesaikan

"hooaaaaamp capek banget" ujar Acha sambil menguap

"baru gitu aja capek.. manja lo" ledek Ray

"ah terserah kamu deh Ray. aku capek, mau tidur. makasih banyak ya Ray.."

"makasih? buat?"

"buat semua yang udah kamu lakuin untuk aku hari ini"

"oke, gue seneng bisa bantu lo"

"aku tidur duluan ya?" Ray hanya tersenyum. lalu Acha menuju kamarnya, kemudian merebahkan diri ditempat tidurnya

Acha teringat kejadian sepulang sekolah tadi, saat Ray mengajaknya ke sebuah tempat yang indah dan tenang.

"jadi bener lo adalah Acha?" tanya Ray setelah Akhirnya Acha mengaku yang sebenarnya

"iya, aku Acha"

"tapi.. tapi kenapa lo gak ngaku sama Rio dan Shilla?"

"aku gak mau mereka tau kalau aku ini Acha"

"tapi kenapa??!"

"bukan urusan kamu! tolong jangan paksa aku Ray.."

"sorry.. gue emang gak berhak tanya macem-macem, karna gue bukan siapa-siapa lo. iya kan?"

"maksud aku gak gitu Ray.. aku cuma belum siap cerita ke kamu.. maaf"


"gpp kok Acha.."

"apa?"

"Acha. boleh kan gue panggil lo Acha?" Acha tampak berfikir lalu akhirnya mengangguk

"tapi.. kalo disekolah kamu panggil aku Raissa aja ya?"

"sip"

Acha tersenyum sendiri mengingatnya. entah mengapa ia merasa lebih lega dan tenang.


******

Rio, menurut gue lo udah keterlaluan sama Ify! kalo emang lo gak sayang sama Ify, gak perlu lo ngomong terang-terangan didepan dia! harusnya lo bisa lebih menjaga perasaan Ify. gue gak habis pikir sama lo yo. selama ini Ify baik banget sama lo, dia perhatian sama lo, tapi balesan lo malah kayak gini?!

kata-kata itu kini terngiang dalam pikiran Rio. beberapa jam lalu Alvin kerumah Rio, Ify meminta Alvin memberi contekan tugas fisika pada Rio, Ify tidak ingin melihat Rio dihukum bu wulan karna tugas fisikanya belum selesai.

sekarang Rio merasa sangat bersalah. ucapan Alvin memang benar. ia sudah terlalu jahat pada Ify. disaat telah disakiti pun, Ify tetap perhatian. ahh.. baru kali ini Rio merasa sangat kangen Ify. Rio melihat Layar handphonenya. sepi. tidak ada panggilan masuk atau SMS yang hanya sekedar menanyakan 'lagi apa?' atau 'udah makan belum?' baru ia sadari, betapa sepi hidupnya tanpa Ify, padahal belum 24 jam.

malam ini juga gue harus mikirin gimana caranya biar Ify maafin gue. batin Rio


to be continued

Selasa, 26 Oktober 2010

Because Just You ♥

I always mention your name when I pray ..


I always dream of you when I fell asleep ..


I always miss you when you're away ..


This love comes suddenly ..


Love has never had a reason ..


This Love never lost ..


This love that makes me smile and cry ..


This love that makes me survive ..


It is me, not she or another..


It is me, who would not be able to remove love just in seconds ..


It is me, who will continue to wait for love tirelessly ..


It is me, who always love and love you until my pulse was throbbing ..


gue Sivia.. Gue mau curhat sama kalian.. eemm, tentang kisah cinta gue yang mungkin gak akan happy ending.. kalo kalian suka cerita yang happy ending, sebaiknya jangan baca kisah ini (loh?) langsung aja deh..

Lo tau nggak? seberapa Bodohnya gue? Bodoh banget! kenapa? karna sudah Enam tahun lebih Gue berharap pada seseorang, Enam tahun lebih gue nunggu dia, tapi dia gak pernah sekalipun merespon gue.. gue sempat putus asa dan berjanji gak akan berharap lagi padanya. Tapi tiba-tiba dia datang dengan membawa sejuta harapan, namun semua harapan itu hanyalah harapan kosong..

Sejak kelas 5 SD gue udah jatuh cinta! Padahal saat itu gua gak ngerti sama sekali tentang cinta. Awalnya gue mengira itu hayalah sekedar cinta monyet. Cinta yang hanya sesaat, lalu pergi dan mudah dilupakan. Tapi sepertinya gue salah. Buktinya sampai sekarang gue belum bisa lupain ‘first love’ gue itu.

Rio. Dialah yang membuat hati gue membeku untuk menerima cinta lain. Rio lah cinta pertama gue, Rio yang selalu menghiasi mimpi gue setiap malam, Rio yang selalu ada dihati dan fikiran gue, Cuma Rio. Gue bersumpah demi apapun cuma Rio yang berhasil mengisi hati gue. Rio, Rio, Rio dan Rio.

Tapi sayangnya, Rio gak pernah merespon perasaan gue. Dia gak pernah atau gak akan mungkin dan gak akan pernah membalas seluruh rasa sayang dan cinta gue untuk dia. Bukankah penantian gue ini sia-sia?

Tiadakah ruang dihatimu untukku?

Yang mungkin bisa ‘tukku singgahi

Hanya sekedar penyejuk disaat ku layu..

Ku tlah menantimu ingga akhir rasa..

Haruskahku mati karenamu?

Terkubur dalam kesedihan sepanjang waktu..

Haruskah kurelakan hidupku?

Hanya demi cinta yang mungkin bisa membunuhku..

Hentikan denyut nadi jantungku..

Entah kau tau betapa suci hatiku

Untuk memilikimu..

Gue gak pernah tahu pasti kenapa dan sejak kapan gue suka sama Rio. padahal dia gak pernah melakukan sesuatu yang berarti buat gue. Gue sering mengingat-ingat, tapi hasilnya nihil.

Setelah kelulusan SD, gue pisah sama Rio. Gue gak satu SMP sama dia, Rio lanjutin sekolahnya diluar kota, diMadiun, jawa timur. jauh kan dari Jakarta? -.- jelas aja itu membuat gue sedih. gue belum sempet bilang 'suka' sama dia. Tpi gue berusaha mengabaikan semuanya, gue berusaha melupakan Rio, dan gue berusaha menghapus dia dari hati gue.

Enam tahun berlalu dan Enam tahun sudah gue lost contact sama Rio. gue gak pernah denger lagi kabar dia selama enam tahun ini. Gak jarang gue kangen Rio, sering kali gue mimpiin Rio, dan Rio masih disini, dihati gue. Meskipun sebenarnya gue gak tahu sama sekali dimana dia sekarang dan rupanya sudah seperti apa, tapi Rio tetap menjadi yang nomor satu dihati ini. entahlah, gue juga gak ngerti kenapa bisa begitu..

selama aku masih bernafas masih sanggup berjalan ku kan slalu memujamu

meski ku tak tahu lagi engkau ada di mana dengarkan aku ku merindukanmu..

Sekarang gue udah duduk dikelas sebelas SMA. Dan kebanyakan remaja seumuran gue sudah mengenal suatu hubungan yang biasa dikenal dengan kata 'pacaran' hampir semua temen-temen gue pernah pacaran. tapi gue enggak, gue belum pernah sekalipun pacaran. Eiiits, bukannya gue gak normal atau gak laku. kalian pasti tahu apa alesan gue, RIO. gue masih berharap Rio akan datang dan membalas seluruh cinta gue.

Ku percaya suatu hari nanti,

Aku akan merebut hatimu..

Walau harus menunggu sampai ku tak mampu,

Menunggumu lagi..

emm, padahal banyak lho yang deketin gue. hehe :P tapi sama sekali gak gue respon. hanya beberapa cowok yang 'agak' menarik perhatian gue. salah satunya ALVIN, anak kelas unggulan, ketua ekskul jurnalistik, dan.. menurut gue sih ganteng. tapi waktu Alvin nembak gue, entah kenapa gue sama sekali gak kaget dan gak deg-degan, biasa ajalah. bahkan gue nolak Alvin tanpa berfikir dahulu. untung Alvin orangnya sabar gitu deh, jadi dia terima aja kalo gue tolak. Lagi pula, Sahabat gue -Shilla tergila-gila banget sama si Alvin. karna gue bukanlah tipe orang 'temen makan temen' jadi gue ngalah aja..

Banyak Cinta yang datang mendekat,

Ku menolak..

Semua itu karna kucinta kau..

terus ada lagi.. Orangnya pinteeeer banget, kaleeeem banget, manissss banget, baiiiiik bangeeeet, perhatiaaaaan banget, mendekati 'perfect' lah pokoknya. Namanya kak GABRIEL, kelas XII-A IPA. gue deket banget sama dia , soalnya dia orangnya asik, gak macem-macem, bedalah dari cowok-cowok pada umumnya. kalo gue ngobrol sama dia nyambung, gue juga sering nanya pelajaran sama Kak Gabriel.

kalo gue boleh jujur, kak Gabriel satu-satunya cowok yang sempet mengalihkan pikiran gue dari RIO. kalo kak Gabriel nembak gue, mungkin gue bakal nerima dia. dari pada nunggu Rio yang GAK PASTI, mending ambil yang pasti-pasti aja.. setuju gak? setuju dooong... hehe :p

tapi.. nyatanya kak Gabriel gak pernah tuh nembak gue.. mungkin dia cuma anggep gue sahabat atau adiknya kali yaaa?? Gak masalah juga sih. kalo Kak Gabriel nembak gue ya syukur, pasti gue terima. kalo gak nembak, yaaa no problem deh. hehe

***

Hari ini sungguh melelahkan! hufft.. Tadi gue telat bangun, alhasil gue terlambat ke sekolah. terus dapet hukuman deh, disuruh lari 5 keliling lapangan. gila kaliii yaaa -.- udah gitu tadi ada pelajaran Penjaskes, lari lagi 7 keliling lapangan. parrraaaah, gempor gue hari ini. Akh! kalo uda pegel-pegel gini, males banget gue belajar. untung besok gak ada PR. gue buka facebook aja ahh :D udah hampir seminggu gue gak Log in Facebook. Gue duduk dimeja belajar, tapi yang gue pegang bukan buku melainkan laptop. haha

Weh? Ada 82 friend request? 74 notification? 43 new message? gilaa, gak salah? baru gue tinggal beberapa hari udah numpuk gini. pertama, gue liat notif. sial! kerjaan si Shilla, Cakka, Ozy, Acha, Nova nih. mereka ngobrol dikomentar foto. selanjutnya gue buka message. ternyata info-info dari grup. males ahh bacanya. yang terakhir gue liat friend request. gue perhatiin nama-namanya, foto profil orang-orang yang Add gue dan teman yang samanya ada berapa. Rata-rata gue gak kenal. beberapa temen SMP gue, langsung gue confirm.

TUNGGU! ada satu nama yang menarik perhatian gue! gue ngucek-ngucek mata gak percaya, beberapa kali gue baca namanya. MARIO STEVANO ADITYA! HAH? itu kan nama RIO! gak salah nih? Rio NgeAdd gue? OH MYGOD!! seketika itu gue jantung gue langsung berdebar-debar saking senangnya, gue jingkrak-jingkrakan ditempat tidur, joged-joged gak jelas, sampe sujud syukur segala! OKE, gue emang lebay! ssst, jangan bilang siapa-siapa ya :D hehe

Tanpa pikir panjang gue langsung confirm Rio. setelah itu gue asik liat-liat profil, wall dan foto-foto Rio. Riooo Manis bangeeet sih kamuuu hihi. eh, dia online gak ya? bentar.. gue liat daftar Chat. dan.. YES! Rio online.

Sivia Azizah: Hey :) Lo Rio temen SD gue ya?

kok gak dibales? Bales dong bales..

5 menit kemudian..

Mario Stevano: iya

akhirnya dibales juga hihi

Sivia Azizah: wah, gak nyangka bisa ketemu lagi. meskipun Cuma di FB sih.. hehe :D apa kabar yo?

Mario Stevano: baik

Kok dia gak nanya kabar gue sih? Ish padahal gue kangen banget. Jawabnya singkat-singkat pula.

Sivia Azizah: Sekarang lo sekolah dimana?

Mario Stevano: SMAN 01 Madiun. Lo?

Huaa Akhirnya Rio nanya tentang gue >.<>

Sivia Azizah: gue di SMAN 24 Jakarta Lo sekolah di Madiun?

Mario Stevano: iya. Tapi mulai besok gue sekolah dijakarta

Sivia Azizah: Oh ya? Wah, disekolah gue aja! *promosi hehe

Mario Stevano: Offline

Yaaah, kok Offline sih? Gue kan masih mau ngobrol banyak.. tapi gpp deh, yang penting sekarang gue tau kabar dia. Rinduku sudah sedikit terobati.. haha lebay

* *

Hari ini seperti biasa, sekolah. Gue berangkat bareng Shilla, naik Bus seperti hari-hari kemarin. Gak ada yang beda. Gue hanya berharap, hari ini adalah hari yang penuh kejutan. Kejutan yang menggembirakan tentunya.

Setelah sampai kelas, gue dan Shilla langsung disambut Acha dan Nova

“VIAA! SHILAA!” teriak Nova. Gue Cuma senyum, udah biasa Nova teriak-teriak gitu. Bisa dibilang itulah ritualnya setiap pagi.

“kebiasaan deh lo! Teriak-teriak mulu kerjaannya! Lama-lama budek nih kuping gue” Omel Shilla. Nova cengengesan

“vi, shill.. ada kabar bagus lho!” ucap Acha berbinar-binar

“kabar bagus apaan?” Tanya gue

“nanti Ada anak baru dikelas kita! Cowok! Ganteng!” kata Acha. Hah? Anak baru? Mungkin gak ya cowok itu……

“Hah? Yang bener? Tau dari mana lo cha?” Tanya Shilla semangat

“woy! Uda dapet Alvin juga lo! Pokoknya cowok yang ini buat gue!” protes Nova

“eh, gak bisa! Gue duluan yang liat dia” kata Acha tak mau kalah

“enak aja.. tadi gue yang liat tuh cowok duluan”

“pokonya gue! Titik!”

“Buat gue!”

“buat gue! Harus!”

“gue”

“gue”

“Stop stop stop.. biar adil cowok itu buat gue aja. Oke?” ucap gue

“wooooooo” Acha, Shilla dan Nova kompak menoyor kepala gue.

Bel masuk pun berbunyi, satu menit kemudian Bu Ira masuk kekelas dengan seorang anak laki-laki. Itu.. HAH? RIO! Gue teriak dalam hati. Senyum-senyum sendiri liat Rio.

“Via, lo gpp kan?” tegur Shilla sambil megang kening gue

“apaan sih lo. Gue gpp kali”

“lagian lo senyum-senyum sendiri gitu.. jadi ngeri gue”

“ah elo! Shill, cowok itu Rio!” kata gue

“Rio? Yang sering lo ceritain itu?” gue mengangguk cepat

“selamet ya vi”

“haa? Kok selamet?”

“iyalah~ akhirnya lo ketemu dia sekarang. Pasti lo kangen berat”

“tau aja lo shill.. haha”

“good luck ya vi, semoga dia menghargai penantian lo selama ini”

“Amiiin.. thx shillaaaa”

* *

Pulang sekolah

“hay Rio..” sapa gue. Rio hanya membalas dengan senyuman

“emm.. kemaren kok lo gak bilang kalo mau pindah sekolah ke sini?”

“gue pikir itu gak penting buat lo, jadi gue gak perlu bilang kan?”

“Oh, gitu ya?” Rio senyum

“vi, gue duluan ya?”

“i.. iya.. bye”

Hari-hari gue lebih berwarna sejak Rio kembali kehidup gue. Gue sangat amat senang dengan kehadirannya. Gue udah mulai akrab sama Rio. Dia gak dingin dan cuek seperti awal-awal. Gue jadi sering SMSan sama Rio, gue jadi sering ngobrol sama dia, pokoknya jadi deket. Tapi, Rio masih gak ngasih sinyal kalo dia ada feel ke gue. Akhirnya gue memilih untuk tidak banyak berharap lagi, gue udah capek. Gue mulai menjauh perlahan-lahan

Sampai tiba-tiba suatu hari dia ngirim pesan ke gue..

From: Rio

Via, maafin gue. Maaf karna selama ini gue punya banyak dosa sama lo. Gue sadar kok segala kesalahan gue. Gue tau lo udah kecewa dan gak percaya lagi sama gue. Gue sadar, emang gak gampang untuk mengembalikan kepercayaan orang. Maaf karna gue sering bikin lo sakit hati. Gue Nangis kalo mikirin semua salah gue sama lo. Terserah lo mau percaya atau nggak, Tapi itu kenyataannya. Makasih karna lo telah bersedia memberi warna dihidup gue. Gue gak tau lo masih sudi memberi warna untuk gue atau nggak. Kalo lo mau lupain gue, silahkan. Lo emang berhak ngelupain gue, dan gue emang pantes untuk dilupakan. Gue akan lega kalo lo mau maafin gue. Maaf karna gue baru minta maaf sekarang, maaf kalau selama ini lo merasa galau dan terganggu karna kesalahan-kesalahan gue. Makasih vi, lewat lo gue belajar satu pelajaran hidup. Semoga gue gak pernah mengulang kesalahan dan khilaf ini. Do’akan semoga gue bisa menjadi orang yang lebih baik dan selalu belajar untuk menjadi lebih baik.

Tanpa sadar pipi gue udah basah karna air mata. Rio.. maksud lo apa bilang kayak gitu? kenapa lo minta maaf ke gue sampai segitunya?

To: Rio

Gue gak ngerti kenapa tiba-tiba lo minta maaf sama gue. Karna seinget gue, lo gak pernah sekalipun bikin gue marah dan benci sama lo. Yang gue tau, lo selalu bikin gue tersenyum dan bahagia. Meskipun diawal-awal halaman Diary gue, gue pernah nulis ‘GUE BENCI RIO’ tapi saat itu gue gak tulis alasan gue benci sama lo. Dan sampai sekarang, gue masih gak inget kenapa gue bisa nulis seperti itu.

Gak pernah sekalipun terpikir untuk lupain lo. Gue Cuma gak mau terlalu banyak berharap, itu aja. Asal lo tau, mengenal lo adalah sebuah anugrah buat gue. Mulai sekarang, tolong Lupakan semua yang perlu dilupakan J oke?

Huufft.. gue gak yakin bisa gak berharap lagi sama Rio gitu aja. Akh! Daripada mikirin macem-macem, gue main ke dunia maya aja deh. Gue mengambil sahabat dan belahan jiwaku.. LAPTOP haha :p seperti biasa, gue buka facebook. Hal yang pertama gue lakukan difacebook adalah melihat-lihat isi wall Rio.

Alyssa saufika > Mario Stevano: hay kakak Rio :P (6 komentar)

Ini kan Ify? Anak kelas X-A? kok Ify kenal sama Rio? Karna penasaran, gue liat isi komentarnya

Mario Stevano: kenapa dde? Kangen ya sama kakak? Hehe :p

Alyssa saufika: hahah iyaa dah biar seneng weee :P kk lagi on dimana ka?

Mario Stevano: lagi on d hp dde.. kamu lagi diwarnet ya dde? alaah.. biar seneng apa biar seneng?? Wlee :P

Alyssa Saufika: enggak, di hp juga kak.. hehe :D terserah kk aja dah biar cepet.. wlee :p

Mario Stevano: ok… isssh hahah wleee :p

Mario Stevano: dde Ifyyy :P

Dalam seketika hati gue panasss. Rio kok ramah banget sama Ify? Biasanya kan dia cuek. Manggilnya dede-kakak lagi. Si Ify juga, sok imut banget sih! Grrrr

Eh, kenapa gue sebel gini ya? Bukannya gue uda bertekad gak akan berharap lagi sama Rio? Jadi, biarin aja kalo emang mungkin dia lagi PDKT sama Ify. Lagian Ify emang lebih cantik, lebih imut, dan lebih lucu dari gue. Jauh bangetlah kalo dibandingin sama gue. Tapii jujur.. gue GAK RELAAAAAA.

Tiba-tiba gue inget.. tadi pagi gue liat Rio berangkat bareng Ify. AAAAKH bodo! Lalu gue mematikan laptop gue dan menyalakan radio. Tapi gue malah denger lagu yang bikin gue tambah inget sama Rio

Tak pernah kusangka dirimu tak bisa cintaiku

Jika ku tetap mengharap dirimu mungkin itu mau mu

Bodohnya diriku slalu menunggumu

Yang tak pernah bisa untuk mencintai aku

Oh Tuhan tolonglah beri aku cara untuk dapat melupakan dia Dan cintanya

SIALAN!

Ya tuhaaan, kenapa harus RIO? Kenapa aku harus sesayang ini sama Rio? Kenapa cinta ini terlalu besar untuknya? Kenapa tuhan? Padahal aku sadar betul kalau Rio gak mungkin membalas seluruh rasa ini..

Dan bagaimana pun juga, Rio sama sekali gak salah. Gue gak bisa menyalahkan Rio. Ini salah gue sendiri. Siapa suruh gue suka suka sama Rio? Gue yang bodoh karna udah berharap banyak sama dia. Arrrgh gue benci diri gue!!

Ya tuhaan, tolong jangan biarkan rasa cinta ini melebihi rasa cintaku padaMU Rabbku..

Kalo dipikir-pikir, kenapa juga gue harus sedih Rio gak bales perasaan gue? Bukannya masih banyak cowok yang lebih dari dia? Lucu juga kalo inget keBODOHan gue selama ini, MALU. Tapii.. kenapa rasanya sulit banget menghilangkan dia dari hati ini. KENAPA?

Kalo gue inget-inget, sayang banget waktu itu gue nolak Alvin. Langka banget cowok kayak dia. Dasar Bodoh!

* *

Hari ini gue bener-bener gak semangat sekolah sampe bel pulang. Dikelas udah sepi, tinggal gue, Shilla dan Rio. Akhir-akhir ini gue dan Shilla emang suka pulang bareng sama Rio.

“via, lo kenapa sih? Sakit?” Tanya Rio

“Gak”

“lagi badmood ya?”

“iya”

“ada masalah?”

“bukan urusan lo.” gue segera pergi dari hadapan Rio

“Tunggu vi. Lo marah sama gue?” Tanya Rio. Gue gak jawab pertanyaan Rio dengan kata-kata. Tapi dengan air mata, gue nangis.

“kenapa gue harus marah sama lo?” jawab gue tanpa menoleh ke Rio.

“vi, gue.. sayang sama lo” gue gak percaya dengan kalimat yang barusan keluar dari mulut Rio, lelucon macam apa ini? Gue memutar badan gue menghadap Rio dan saat ini gue menatap lekat matanya yang biasanya terlihat tenang, tapi kini.. akh, sulit dijelaskan. Kali ini pancaran sinar matanya berbeda. Gue mengalihkan pandangan dan tersenyum kecut.

“bercanda lo gak lucu”

“gue serius vi”

“oh ya?”

“lo kenapa sih vi? Kenapa lo gak percaya sama gue?”

“emang gue gak percaya lagi sama lo. Bukannya kemaren lo bilang lewat pesan, sangat sulit untuk mengembalikan kepercayaan orang?”

“tapi please vi, kali ini lo harus percaya sama gue.. gue sayang sama lo”

“gimana gue bisa percaya sama lo kalo lo bener-bener sayang sama gue? Sementara kemaren dan tadi pagi gue liat lo berangkat sama Ify. Dan semalem lo komen-komenan difacebook dengan mesranya sama dede Ify”

“via, lo jangan salah paham dulu.. Ify itu..”


“APA? Hah? Gue tau lo lagi deketin si Ify kan? Uda deh.. gak usah banyak alesan. Urusin aja dede Ify lo itu. Lo gak usah kasih gue harapan kosong lagi. gue CAPEK tau gak? Udah 6 tahun gue nunggu lo, tapi balesan lo kayak gini? Kenapa sih lo harus muncul lagi dihidup gue? Kenapa lo balik lagi kehidup gue?”

“Via..”

“Gue gak akan peduli lagi sama lo dan gue gak akan mengganggu hidup lo lagi. mulai sekarang, jangan deket-deket gue!” gue keluar kelas dan lari sekencang-kencangnya.

“VIAAA” gue tau Rio ngejar gue. Tapi gue berusaha gak peduli dan.. BRAAAAKK sebuah mobil berhasil membuat tubuh gue berlumuran darah. Gue tergeletak ditengah jalan, pengelihatan gue mulai samar-samar.

“Via..” panggil Rio lirih sambil mengusap pipi gue. “Lo harus percaya, gue sayang dan cinta sama lo.. Ify adalah adik sepupu gue.. gue sayang lo, Cuma lo vi, gue balik ke Jakarta karna gue gak tahan lagi hidup tanpa lo..” ucap Rio, Air matanya mengalir. gue berusaha tersenyum “dan lo gak boleh ninggalin gue, baru sangat singkat waktu yang kita lewati bersama.. tolong bertahan vi..”

“ma.. ma.. af hhhh Ri..o..” setelah mengucapkan itu, gue merasakan jantung ini tak berdetak lagi. saat gue membuka mata.. gue gak tau dimana gue berada.. yang pasti, gue merasa lebih.. TENANG.

THE END

Jumat, 15 Oktober 2010

Tentang Rasa #part 5 (Awal Kehancuran Rio-Ify)

XI-A Exact, jam pelajaran terakhir (fisika)

“saya tidak mau tahu! Pokoknya besok tugas kalian harus selesai dan kumpulkan dimeja saya!” omel bu Wulan, guru bidang study fisika yang terkenal tegas dan sangat disiplin

“baik buuuu…” jawab siswa XI-A Exact lemas

“kalau besok kalian belum mengumpulkan juga, saya akan memberi ANGKA DUA di rapor kalian!” seluruh siswa membelalakan matanya

“wah, jangan buu…” ucap Ify tiba-tiba

“iya bu, jangan dooong.. masa ibu tega membiarkan kami tidak naik kelas?” sambung Rio dengan wajah yang dibuat semelas mungkin

“mengapa saya harus tidak tega kalau kalian malas begini? Saya sudah memberikan tugas itu dari 3 hari yang lalu! Seharusnya itu cukup bukan?” bu wulan terus menyerocos yang membuat seisi kelas BETE setengah hidup! Mudah sekali bu Wulan bicara seperti itu! Mana cukup soal fisika 65 nomor dikerjakan dalam waktu singkat?! Bu Wulan pikir, tugas kami hanya tuga darinya saja? Huh! Coba saja dia merasakan menjadi kami!

“baik bu, kami janji tugas dari ibu sudah beres besok” kata Ray yang sukses membuat seisi kelas menatapnya dengan tatapan ‘protes’

“Oke, saya pegang omongan Ray. Kalian HARUS mengumpulkan tugas itu besok, tanpa terkecuali!” setelah itu Bu Wulan segera keluar kelas. Setelah itu beberapa anak menyerbu Ray

“Ray, kok lo bilang gitu sih sama bu Wulan?” Sivia menghapiri Ray

“Loh? Emang kenapa?” jawab Ray dengan WATADOS (wajah tanpa dosa)

“Aduh Ray… lo masih Tanya kenapa?! Lo tau kan, 65 monster fisika itu gak akan bisa ditaklukkan dalam waktu singkat” Shilla ikut menyemprot Ray. Ify dan Rio hanya mengangguk pertanda mereka setuju dengan Shilla

“harusnya kita minta perpanjangan waktu untuk menyelesaikan monster fisika itu.. paling enggak, 2 atau 3 hari lagi.. tapi kalo besok harus dikumpulkan, gue gak yakin tugas itu selesai” Ify mengira-ngira

“bener banget tuh fy! Lo sih ray.. gue tau lo lebih jenius dari kita-kita, waktu SMP lo masuk kelas akselesari…. Tapi kan... ” samber Alvin sambil meninju pelan pundak Ray. Namun sebelum Alvin menyelesaikan kalimatnya, Rio memotong

“vin, jangan mulai bikin gara-gara deh..”

“Sorry yo..”

“hmm.. bukannya gue belagu atau apa.. gue Cuma pengen bu Wulan cepet-cepet pergi dari kelas kita. Gue males banget denger ocehan dia” jelas Ray. Sontak teman-temannya tertawa mendengar pernyataan Ray

“dasar bocah gondrong pele haha” Alvin menjitak kepala Ray

“bener juga lo Ray! Gue juga males denger tuh guru ngoceh mulu” ucap Sivia

“mending gue denger lagu keong racun 1000 kali dari pada denger tuh guru nyerocos terus” sambung Shilla yang diikuti tawa teman-temannya

“hahaha dasar murid durhaka lo shill” ledek Rio

“akh, bodo amatlah” jawab Shilla

“udah, udah.. jangan pada bercanda terus dong.. ada yang punya ide gak, gimana caranya kita bisa menyelesaikan tugas itu hari ini juga?!” kata Ify dengan nada yang mulai serius

“fy, kayaknya gak mungkin deh..” Alvin menggeleng pelan

“pasti bisa..” Ray meyakinkan teman-temannya

“Ehm.. boleh aku kasih saran?” Acha yang sedari tadi hanya menonton perdebatan teman-temannya, akhirnya turun tangan
“Acha? Boleh dong cha.. masa gak boleh sih?” jawab Rio. Acha mendengus kesal sambil memutar bola matanya

“Rio, kenapa sih kamu keras kepala banget? Aku Raissa. R.A.I.S.S.A bukan Acha!”

“yo, Raissa bukan Acha! Acha udah pergi entah kemana, dan mungkin aja sekarang dia udah bahagia dan lupa sama kita”

“tapi shill..”

“Rio please.. kalo Acha masih anggap kita sahabat, pasti Acha selalu kasih kabar ke kita. Tapi kenyataannya, dia gak pernah sekali pun kasih kabar ke kita. Dia juga gak pernah nanya kabar kita. Iyakan? berarti, dia udah gak peduli sama kita. Jadi, buat apa kita peduli sama orang yang belum tentu peduli sama kita?”

“Stop stop stop!! STOP! Kalian tuh kenapa sih? Malah jadi ngeributin masa lalu gini?” Ify sudah tidak tahan lagi

“cowo lo tuh yang mulai, Ify!” bentak Shilla. Kemudian Ify menatap Rio tajam. Rio balik menatap Ify tajam

“Rio, gue mau Tanya sesuatu sama lo dan lo harus jawab jujur sejujur-jujurnya!” suasana menjadi dingin. Alvin dan sivia menatap Rio dan Ify bergantian dengan tatapan tegang. mereka tidak mengerti apa yang sedang diributkan Ify, Rio dan Shilla. Ray menatap mereka dengan tatapan datar. Sedangkan Shilla hanya menatap Rio dengan tatapan sebal. Dan Acha terduduk lemas dikursi sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya

Back song;

Apa salahku..
Kau buat begini,
Kau tarik ulur hatiku
Hingga sakit yang kurasa

“Seberapa berharganya cewek yang namanya Acha itu buat lo?”

“sangat berharga, dari dulu gue sayang banget sama dia. Waktu dia memutuskan pergi keJepang, gue sedih. Tapi sekarang dia udah kembali Meskipun cewek yang namanya RAISSA gak mau mengakui kalo dia adalah ACHA. Dan gue akan membuat dia mengaku” jawab Rio mantap. Shilla terkejut, Acha hampir tak mampu bernafas. Ify mulai berkaca-kaca. Alvin dan Sivia tambah bingung. Ray melihat ekspresi Acha yang terlihat sangat shock, Ray mulai curiga, sepertinya Acha menyimpan banyak rahasia

Apa memang ini
Yang kamu inginkan,
Tak ada sedikit pun niat tuk
Serius kepadaku

“maksud lo apa? HAH? Kenapa lo ngomong gitu?! Kenapa lo lebih milih Acha, cewek penipu itu daripada Ify?” shilla mendorong bahu kanan Rio

Katakan yang sebenarnya
Jangan mau tak mau seperti ini

“Sabar shill..” Sivia mencoba menenangkan Shilla, menarik tangan Shilla agar menjauh dari Rio. Namun ditepis oleh Shilla

“Lo Gak usah ikut campur!” Sivia pun terdiam

“Heh! Kenapa lo gak jawab pertanyaan gue?!” Shilla emosi, ia tidak terima sahabatnya (Ify) dipermainkan oleh sahabatnya yang lain (Rio) , Sedangkan Ify merasa sesak dan tak mampu lagi menampung air matanya

Akhirnya..
Kini aku mengerti,
Apa yang ada dipikiranmu selama ini
Kau hanya ingin permainkan perasaanku
Tak ada hati.. tak ada cinta..

“gue gak habis pikir sama lo shill.. bisa-bisanya lo bilang Acha cewek penipu?” Rio terlihat mulai emosi
“emang Acha penipu kok. Dulu dia bilang akan kasih kabar terus ke kita. Dan dia akan cepet balik dari Jepang. Tapi apa kenyataannya? Enggak kan? Dan udah 7 tahun dia pergi dari hidup kita” Rio terdiam, mencerna kata-kata Shilla

“Rio, kalo lo emang sayang sama cewek itu, kenapa lo malah pacaran sama gue? Dan kita pacaran hampir 2 tahun yo.. apa lo pikir itu waktu yang singkat?” ucap Ify lirih

Akhirnya..
Kini aku mengerti,
Apa yang ada dipikiranmu selama ini
Kau hanya ingin permainkan perasaanku
Tak ada hati.. tak ada cinta..

“sorry Fy.. gue gak ada maksud mempermainkan perasaan lo. Gue Cuma gak tega nolak lo 2 tahun lalu”

“tapi lo tega bohongin gue selama itu? Iya?” lagi-lagi Rio hanya diam

“Gue kira lo cowok baik-baik, 16 tahun gue kenal lo. tapi ternyata dugaan gue salah”

“sorry..”

“Gue BENCI LO! LO JAHAT!” Ify berlari keluar kelas sambil terisak. Kemudian Shilla menghampiri Acha dengan sinar mata membara

“semuanya gara-gara lo Raissa! kenapa lo harus mirip sama Acha?!”

“ma.. maaff..” Acha menunduk

“MAAF? Gampang banget lo minta maaf!” Shilla melayangkan telapak tangannya menuju pipi Acha, namun terhalang oleh tangan Ray yang menahan tangan Shilla

“Lo jangan macem-macem sama Raissa atau lo akan terima akibatnya” ucap Ray datar tapi cukup menusuk Shilla.

Kemudian Ray menarik tangan Acha, mengajaknya berdiri dari kursinya

“Ayo pulang” Ray mengajak Acha pulang. Setelah Ray dan Acha pergi. Didalam kelas tinggal Shilla, Sivia, Rio dan Alvin. Mereka agak bingung dengan sikap Ray, mengapa Ray sangat peduli sama Raissa? Biasanya kan cuek. Itulah pertanyaan yang terngiang dalam pikiran mereka.

“Ehm..” Alvin mencoba mencairkan suasana “shill, Ngerjain fisika bareng yuk. di rumah lo aja ya?”

“terserah, tapi gue gak akan nerima dia dirumah gue” Shilla melirik kearah Rio

“Oke, No problem. Gue balik sekarang” Rio pun pergi dari hadapan Shilla

“So, kita bertiga doang nih?” Tanya Sivia

“Berempat, Sama Ify. Kalian kerumah gue duluan aja, gue mau cari Ify dulu”

“Lo yakin mau ngajak Ify? Gue rasa.. mungkin dia butuh waktu”

“bener juga sih vi, nanti gue Tanya deh Ify mau ikutan atau gak.. kalo gak mau ya gue gak bakal maksa”

“Shill, gue ikut lo aja ya? Nyari Ify..”

“kalo lo ikut gue, terus via gimana?”

“Gue gpp kok kerumah lo sendiri.. tapi kalian jangan lama-lama ya?”

“oh, ya udah.. oke..”

Sebenarnya Shilla sangat tidak mood untuk mengerjakan fisika setelah kejadian tadi. Tapi.. mau gimana lagi? besok tugas itu harus dikumpulkan. Mau tidak mau harus mau.


*****

Acha melihat sekelilingnya sambil tersenyum. taman yang teduh dibelakang sebuah bukit kecil. Disana terdapat kolam ikan yang cukup luas berbentuk.. Hati? Wow

“Aku suka banget tempat ini, indah..” Acha menarik nafas dan memejamkan matanya sejenak lalu membukanya kembali “oh ya, kenapa kamu ngajak aku kesini Ray?” Tanya Acha tanpa menoleh Ray, namun Ray memperhatikan gerak-gerik Acha sedari tadi. Ray tidak menjawab, ia terus memperhatikan Acha sampai akhirnya Acha tersadar sedang diperhatikan.

“kenapa sih Ray? Kamu kok liatin aku gitu banget” Acha merasa Risih diperhatikan seperti itu. Ray hanya tersenyum tipis, tidak mengalihkan pandangannya dari Acha. Sejak 2 minggu yang lalu Acha kembali dari Jepang, Baru kali ini Acha melihat Ray tersenyum padanya. Acha menunduk ketika merasakan wajahnya memanas

“kamu.. lucu” ucap Ray pelan, namun Acha mendengarnya dengan jelas

“heh?” Acha memandang Ray heran

“hahah lupain deh..” Ray tertawa gugup sambil menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal. Dan baru kali ini juga Acha melihat Ray salah tingkah seperti itu. Biasanya kan.. sok cool gimanaaaa gitu.. Acha tertawa kecil melihat Ray seperti itu “Raissa, boleh Tanya sesuatu?” kata Ray tiba-tiba

“eh? Boleh.. mau Tanya apa?”

“apa bener lo pernah kenal sama Rio dan Shilla sebelumnya?”

“ke.. kenapa tiba-tiba kamu Tanya gitu?”

“karna.. keliatannya Rio yakin banget kalo lo itu Acha.. Raissa, please jawab pertanyaan gue” Ray mengguncang pelan bahu Acha “jawab! Lo Acha atau bukan?!” Ray terus mendesak Acha, mengguncang bahu Acha semakin kencang

“Aku…”