BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 15 Oktober 2010

Tentang Rasa #part 5 (Awal Kehancuran Rio-Ify)

XI-A Exact, jam pelajaran terakhir (fisika)

“saya tidak mau tahu! Pokoknya besok tugas kalian harus selesai dan kumpulkan dimeja saya!” omel bu Wulan, guru bidang study fisika yang terkenal tegas dan sangat disiplin

“baik buuuu…” jawab siswa XI-A Exact lemas

“kalau besok kalian belum mengumpulkan juga, saya akan memberi ANGKA DUA di rapor kalian!” seluruh siswa membelalakan matanya

“wah, jangan buu…” ucap Ify tiba-tiba

“iya bu, jangan dooong.. masa ibu tega membiarkan kami tidak naik kelas?” sambung Rio dengan wajah yang dibuat semelas mungkin

“mengapa saya harus tidak tega kalau kalian malas begini? Saya sudah memberikan tugas itu dari 3 hari yang lalu! Seharusnya itu cukup bukan?” bu wulan terus menyerocos yang membuat seisi kelas BETE setengah hidup! Mudah sekali bu Wulan bicara seperti itu! Mana cukup soal fisika 65 nomor dikerjakan dalam waktu singkat?! Bu Wulan pikir, tugas kami hanya tuga darinya saja? Huh! Coba saja dia merasakan menjadi kami!

“baik bu, kami janji tugas dari ibu sudah beres besok” kata Ray yang sukses membuat seisi kelas menatapnya dengan tatapan ‘protes’

“Oke, saya pegang omongan Ray. Kalian HARUS mengumpulkan tugas itu besok, tanpa terkecuali!” setelah itu Bu Wulan segera keluar kelas. Setelah itu beberapa anak menyerbu Ray

“Ray, kok lo bilang gitu sih sama bu Wulan?” Sivia menghapiri Ray

“Loh? Emang kenapa?” jawab Ray dengan WATADOS (wajah tanpa dosa)

“Aduh Ray… lo masih Tanya kenapa?! Lo tau kan, 65 monster fisika itu gak akan bisa ditaklukkan dalam waktu singkat” Shilla ikut menyemprot Ray. Ify dan Rio hanya mengangguk pertanda mereka setuju dengan Shilla

“harusnya kita minta perpanjangan waktu untuk menyelesaikan monster fisika itu.. paling enggak, 2 atau 3 hari lagi.. tapi kalo besok harus dikumpulkan, gue gak yakin tugas itu selesai” Ify mengira-ngira

“bener banget tuh fy! Lo sih ray.. gue tau lo lebih jenius dari kita-kita, waktu SMP lo masuk kelas akselesari…. Tapi kan... ” samber Alvin sambil meninju pelan pundak Ray. Namun sebelum Alvin menyelesaikan kalimatnya, Rio memotong

“vin, jangan mulai bikin gara-gara deh..”

“Sorry yo..”

“hmm.. bukannya gue belagu atau apa.. gue Cuma pengen bu Wulan cepet-cepet pergi dari kelas kita. Gue males banget denger ocehan dia” jelas Ray. Sontak teman-temannya tertawa mendengar pernyataan Ray

“dasar bocah gondrong pele haha” Alvin menjitak kepala Ray

“bener juga lo Ray! Gue juga males denger tuh guru ngoceh mulu” ucap Sivia

“mending gue denger lagu keong racun 1000 kali dari pada denger tuh guru nyerocos terus” sambung Shilla yang diikuti tawa teman-temannya

“hahaha dasar murid durhaka lo shill” ledek Rio

“akh, bodo amatlah” jawab Shilla

“udah, udah.. jangan pada bercanda terus dong.. ada yang punya ide gak, gimana caranya kita bisa menyelesaikan tugas itu hari ini juga?!” kata Ify dengan nada yang mulai serius

“fy, kayaknya gak mungkin deh..” Alvin menggeleng pelan

“pasti bisa..” Ray meyakinkan teman-temannya

“Ehm.. boleh aku kasih saran?” Acha yang sedari tadi hanya menonton perdebatan teman-temannya, akhirnya turun tangan
“Acha? Boleh dong cha.. masa gak boleh sih?” jawab Rio. Acha mendengus kesal sambil memutar bola matanya

“Rio, kenapa sih kamu keras kepala banget? Aku Raissa. R.A.I.S.S.A bukan Acha!”

“yo, Raissa bukan Acha! Acha udah pergi entah kemana, dan mungkin aja sekarang dia udah bahagia dan lupa sama kita”

“tapi shill..”

“Rio please.. kalo Acha masih anggap kita sahabat, pasti Acha selalu kasih kabar ke kita. Tapi kenyataannya, dia gak pernah sekali pun kasih kabar ke kita. Dia juga gak pernah nanya kabar kita. Iyakan? berarti, dia udah gak peduli sama kita. Jadi, buat apa kita peduli sama orang yang belum tentu peduli sama kita?”

“Stop stop stop!! STOP! Kalian tuh kenapa sih? Malah jadi ngeributin masa lalu gini?” Ify sudah tidak tahan lagi

“cowo lo tuh yang mulai, Ify!” bentak Shilla. Kemudian Ify menatap Rio tajam. Rio balik menatap Ify tajam

“Rio, gue mau Tanya sesuatu sama lo dan lo harus jawab jujur sejujur-jujurnya!” suasana menjadi dingin. Alvin dan sivia menatap Rio dan Ify bergantian dengan tatapan tegang. mereka tidak mengerti apa yang sedang diributkan Ify, Rio dan Shilla. Ray menatap mereka dengan tatapan datar. Sedangkan Shilla hanya menatap Rio dengan tatapan sebal. Dan Acha terduduk lemas dikursi sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya

Back song;

Apa salahku..
Kau buat begini,
Kau tarik ulur hatiku
Hingga sakit yang kurasa

“Seberapa berharganya cewek yang namanya Acha itu buat lo?”

“sangat berharga, dari dulu gue sayang banget sama dia. Waktu dia memutuskan pergi keJepang, gue sedih. Tapi sekarang dia udah kembali Meskipun cewek yang namanya RAISSA gak mau mengakui kalo dia adalah ACHA. Dan gue akan membuat dia mengaku” jawab Rio mantap. Shilla terkejut, Acha hampir tak mampu bernafas. Ify mulai berkaca-kaca. Alvin dan Sivia tambah bingung. Ray melihat ekspresi Acha yang terlihat sangat shock, Ray mulai curiga, sepertinya Acha menyimpan banyak rahasia

Apa memang ini
Yang kamu inginkan,
Tak ada sedikit pun niat tuk
Serius kepadaku

“maksud lo apa? HAH? Kenapa lo ngomong gitu?! Kenapa lo lebih milih Acha, cewek penipu itu daripada Ify?” shilla mendorong bahu kanan Rio

Katakan yang sebenarnya
Jangan mau tak mau seperti ini

“Sabar shill..” Sivia mencoba menenangkan Shilla, menarik tangan Shilla agar menjauh dari Rio. Namun ditepis oleh Shilla

“Lo Gak usah ikut campur!” Sivia pun terdiam

“Heh! Kenapa lo gak jawab pertanyaan gue?!” Shilla emosi, ia tidak terima sahabatnya (Ify) dipermainkan oleh sahabatnya yang lain (Rio) , Sedangkan Ify merasa sesak dan tak mampu lagi menampung air matanya

Akhirnya..
Kini aku mengerti,
Apa yang ada dipikiranmu selama ini
Kau hanya ingin permainkan perasaanku
Tak ada hati.. tak ada cinta..

“gue gak habis pikir sama lo shill.. bisa-bisanya lo bilang Acha cewek penipu?” Rio terlihat mulai emosi
“emang Acha penipu kok. Dulu dia bilang akan kasih kabar terus ke kita. Dan dia akan cepet balik dari Jepang. Tapi apa kenyataannya? Enggak kan? Dan udah 7 tahun dia pergi dari hidup kita” Rio terdiam, mencerna kata-kata Shilla

“Rio, kalo lo emang sayang sama cewek itu, kenapa lo malah pacaran sama gue? Dan kita pacaran hampir 2 tahun yo.. apa lo pikir itu waktu yang singkat?” ucap Ify lirih

Akhirnya..
Kini aku mengerti,
Apa yang ada dipikiranmu selama ini
Kau hanya ingin permainkan perasaanku
Tak ada hati.. tak ada cinta..

“sorry Fy.. gue gak ada maksud mempermainkan perasaan lo. Gue Cuma gak tega nolak lo 2 tahun lalu”

“tapi lo tega bohongin gue selama itu? Iya?” lagi-lagi Rio hanya diam

“Gue kira lo cowok baik-baik, 16 tahun gue kenal lo. tapi ternyata dugaan gue salah”

“sorry..”

“Gue BENCI LO! LO JAHAT!” Ify berlari keluar kelas sambil terisak. Kemudian Shilla menghampiri Acha dengan sinar mata membara

“semuanya gara-gara lo Raissa! kenapa lo harus mirip sama Acha?!”

“ma.. maaff..” Acha menunduk

“MAAF? Gampang banget lo minta maaf!” Shilla melayangkan telapak tangannya menuju pipi Acha, namun terhalang oleh tangan Ray yang menahan tangan Shilla

“Lo jangan macem-macem sama Raissa atau lo akan terima akibatnya” ucap Ray datar tapi cukup menusuk Shilla.

Kemudian Ray menarik tangan Acha, mengajaknya berdiri dari kursinya

“Ayo pulang” Ray mengajak Acha pulang. Setelah Ray dan Acha pergi. Didalam kelas tinggal Shilla, Sivia, Rio dan Alvin. Mereka agak bingung dengan sikap Ray, mengapa Ray sangat peduli sama Raissa? Biasanya kan cuek. Itulah pertanyaan yang terngiang dalam pikiran mereka.

“Ehm..” Alvin mencoba mencairkan suasana “shill, Ngerjain fisika bareng yuk. di rumah lo aja ya?”

“terserah, tapi gue gak akan nerima dia dirumah gue” Shilla melirik kearah Rio

“Oke, No problem. Gue balik sekarang” Rio pun pergi dari hadapan Shilla

“So, kita bertiga doang nih?” Tanya Sivia

“Berempat, Sama Ify. Kalian kerumah gue duluan aja, gue mau cari Ify dulu”

“Lo yakin mau ngajak Ify? Gue rasa.. mungkin dia butuh waktu”

“bener juga sih vi, nanti gue Tanya deh Ify mau ikutan atau gak.. kalo gak mau ya gue gak bakal maksa”

“Shill, gue ikut lo aja ya? Nyari Ify..”

“kalo lo ikut gue, terus via gimana?”

“Gue gpp kok kerumah lo sendiri.. tapi kalian jangan lama-lama ya?”

“oh, ya udah.. oke..”

Sebenarnya Shilla sangat tidak mood untuk mengerjakan fisika setelah kejadian tadi. Tapi.. mau gimana lagi? besok tugas itu harus dikumpulkan. Mau tidak mau harus mau.


*****

Acha melihat sekelilingnya sambil tersenyum. taman yang teduh dibelakang sebuah bukit kecil. Disana terdapat kolam ikan yang cukup luas berbentuk.. Hati? Wow

“Aku suka banget tempat ini, indah..” Acha menarik nafas dan memejamkan matanya sejenak lalu membukanya kembali “oh ya, kenapa kamu ngajak aku kesini Ray?” Tanya Acha tanpa menoleh Ray, namun Ray memperhatikan gerak-gerik Acha sedari tadi. Ray tidak menjawab, ia terus memperhatikan Acha sampai akhirnya Acha tersadar sedang diperhatikan.

“kenapa sih Ray? Kamu kok liatin aku gitu banget” Acha merasa Risih diperhatikan seperti itu. Ray hanya tersenyum tipis, tidak mengalihkan pandangannya dari Acha. Sejak 2 minggu yang lalu Acha kembali dari Jepang, Baru kali ini Acha melihat Ray tersenyum padanya. Acha menunduk ketika merasakan wajahnya memanas

“kamu.. lucu” ucap Ray pelan, namun Acha mendengarnya dengan jelas

“heh?” Acha memandang Ray heran

“hahah lupain deh..” Ray tertawa gugup sambil menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal. Dan baru kali ini juga Acha melihat Ray salah tingkah seperti itu. Biasanya kan.. sok cool gimanaaaa gitu.. Acha tertawa kecil melihat Ray seperti itu “Raissa, boleh Tanya sesuatu?” kata Ray tiba-tiba

“eh? Boleh.. mau Tanya apa?”

“apa bener lo pernah kenal sama Rio dan Shilla sebelumnya?”

“ke.. kenapa tiba-tiba kamu Tanya gitu?”

“karna.. keliatannya Rio yakin banget kalo lo itu Acha.. Raissa, please jawab pertanyaan gue” Ray mengguncang pelan bahu Acha “jawab! Lo Acha atau bukan?!” Ray terus mendesak Acha, mengguncang bahu Acha semakin kencang

“Aku…”

0 komentar: