BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Rabu, 08 September 2010

Tentang Rasa #part 4 (Jangan panggil Aku Acha)

"Hoaaaamp" Acha menguap saat tersadar dari mimpinya lalu melihat jam yang tergantung didinding kamar barunya, pukul setengah enam pagi.Hari ini adalah hari pertama Acha sekolah disekolah barunya. Jadi, Acha benar-benar ingin mempersiapkan dirinya untuk hari ini.

Setelah mandi, Acha membereskan kamarnya. lalu bercermin merapikan pakaian dan menata rambutnya.Acha membiarkan rambutnya tergerai, dia menambahkan jepitan kupu-kupu lucu tak jauh dari telinganya, membuat Acha terlihat semakin manis.

tok tok tok, seseorang mengetuk pintu kamar acha. Acha pun segera membukanya.

"Oh, lo udah bangun" ucap orang itu lalu segera berbalik dari hadapan Acha

"Ray!" panggil Acha yang membuat langkah Ray terhenti. Ray menengok ke arah Acha, menatap Acha seakan-akan bilang "mau apa lo manggil gue?"

"kamu kok belum siap-siap ke sekolah?" tanya Acha lalu memperhatikan Ray dari kaki sampai kepala, masih sangat berantakan.

"Lo aja yang terlalu rajin, masuknya jam setengah delapan non.. sekarang baru jam enam lewat dikit" ucap Ray lalu pergi, Acha masih bingung. setengah delapan? siang amat? batin Acha kemudian mengangkat bahunya, mencoba mengabaikan.

Acha berjalan menuju ruang makan. disana sudah ada bibik dan bunda Ray yang sedang sibuk menyiapkan sarapan.

"pagi tante, pagi juga bik" sapa Acha kepada bunda Ray dan bibik

"pagi non Raissa" sapa bibik

"pagi.. wah, kamu yang namanya Raissa ya?" bunda Ray segera menghampiri Acha. dari kemarin lusa Acha dirumah Ray, dia memang belum bertemu bunda dan ayah Ray, dikarenakan orang tua Ray sibuk

"iya tante.." jawab Acha sambil tersenyum

"maaf ya cantik, dari kemarin tante gak dirumah"

"gapapa tante, raissa tau kok kalo tante sibuk.."

"makasih Raissa, oh ya kamu sudah ketemu Ray?" tanya bunda Ray

"sudah tante, Ray yang menjemput Raissa dibandara kemarin lusa" jawab Acha

"owh baguslah.. tapi Ray baik-baik aja kan sama kamu?"

"Ray baik kok sama Raissa" kata Acha sambil tersenyum

"oh, syukurlah.. kalau begitu, kita sarapan bareng-bareng ya? tante panggilkan Ray dan Ayahnya dulu.. sebentar ya sa"

tak lama kemudian seluruh anggota keluarga Ray berkumpul d meja makan.

"hay Raissa" sapa Ayah Ray

"pagi om.." sambut Acha tersenyum

"Ray, nanti Raissa ke sekolah bareng kamu ya?" ucap Ayah Ray

"Hah? kenapa harus bareng aku sih? apa nanti kata temen-temenku kalo RAY seorang drummer terkeren dateng kesekolah sama cewek? kenapa Raissa gak di anter sama mang jojo*supir* aja?" tolak Ray, karena selama ini Ray dikenal sebagai cowok keren tapi cuek, apalagi sama cewek. dan lebih parahnya lagi, dia udah janji sama Rio dan teman-teman satu bandnya kalau dia tidak akan pacaran sampai lulus SMA *nahlo?!* kalau Ray bareng Acha, bisa turun reputasinya! Apa kata dunia? haha --"

"hmm om, Raissa bisa berangkat sendiri kok.." ucap Acha yang tidak ingin terjadi keributan dirumah Ray gara-gara dirinya, sebenarnya Acha sangat kesal dengan sikap Ray

"tuh, Ayah denger kan? Raissa bisa berangkat sendiri. ayah gak perlu manjain dia" kata Ray

"kamu yakin Raissa? bisa berangkat sendiri? soalnya mang jojo lagi pulang kampung, anaknya sakit" tanya Ayah Ray

"Bisa kok om, Raissa kan udah gede.."

"tapi.. kamu baru kembali dari jepang.."

"dulu kan Raissa pernah tinggal dijakarta, Insya Allah Raissa bisa kok berangkat sendiri. lagian kata Ray, sekolahnya gak terlalu jauh kan?"

"ya sudah kalau begitu, kamu naik taksi saja ya?" saran Bunda Ray

"iya tante"


******

Hampir 30 menit Acha menunggu taksi, namun yang ditunggu tak kunjung datang. Acha terus melirik jam tangannya, sudah pukul 07.20

"huh! kenapa gak ada taksi sih?" gerutu Acha. Akhirnya Acha memutuskan untuk jalan kaki saja, meskipun sebenarnya Acha belum tahu kemana jalan menuju sekolah barunya.

Acha berjalan pelan tanpa arah, masih berharap semoga ada sebuah taksi yang lewat. Acha merasa sedikit lelah, sampai saat ini dia belum menemukan tanda-tanda sekolah barunya sudah dekat. sepertinya masih lumayan jauh, atau mungkin sangat jauh

setelah sekian lama menunggu, wajah langsung sumringah saat ia melihat sebuah taksi disebrang sana. Acha segera menghampiri taksi itu, tanpa menoleh kanan-kiri dahulu. saat berada ditengah jalan, tiba-tiba sebuah motor sambil terus-terusan mengklakson agar Acha tidak menghalangi jalannya. tapi Acha tidak sadar sampai akhirnya motor tersebut menyerempet Acha. lengah Acha berdarah, wajahnya memerah karena kesal. sang pemilik motor turun hendak meminta maaf tapi Acha terlanjur emosi

"HEH! KAMU KIRA JALANAN MILIK SENDIRI? Liat! lenganku jadi luka dan berdarah! bajuku juga jadi berantakan" tanpa babibu Acha langsung menyemprot orang itu sambil merapikan rok sekolahnya

"so.. sorry.. " orang itu melepas helm yang dikenakannya, seorang laki-laki. lalu pemuda tersebut menjulurkan tangannya ke Acha.

"sorry, gue buru-buru" lanjut pemuda itu. Acha mengangkat kepalanya, tidak menyambut tangan pemuda tersebut

"kamu gak punya tata krama? hah?" Acha masih emosi, sedangkan pemuda itu terkejut melihat wajah gadis dihadapannya

"Acha?.." panggil pemuda itu. Acha kaget. mengapa orang ini tau panggilannya saat ia kecil?

"Apa? kamu manggil aku apa?" tanya Acha

"Acha. lo Acha kan?"

"ka.. kamu siapa?"

"Lo gak inget sama gue? ini gue, Rio! inget kan?" ucap Rio berbinar-binar. Acha semakin kaget. Apa? RIO?

"Sorry, kamu salah orang" Acha cepat-cepat pergi

"Acha! tunggu cha, ini gue. RIO! sahabat lo waktu kecil!" Rio mengejar Acha

"kamu salah orang, aku bukan Acha!" Acha terus berjalan tanpa memeperdulikan Rio yang masih mengejarnya

"gue yakin LO ACHA!Lo pasti inget gue dan Shilla!" Acha menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Rio.

"Namaku RAISSA, bukan Acha! aku gak kenal kamu dan orang yang namanya Shilla. ngerti? maaf, aku buru-buru" Acha segera menaiki taksi, dan pergi

Selama diperjalanan entah mengapa Acha merasa gelisah. Rio? benarkah dia Rio? Ya tuhaaan, kenapa aku harus bertemu lagi dengannya?

***

Sesampainya disekolah baru, Acha segera menuju ruang kepala sekolah.

"permisi.." Acha membuka pintu ruang kepsek. dilihatnya seorang perempuan yang tak lagi muda, Bu Ira

"silahkan masuk" jawabnya

"terima kasih bu.."

"hmm kamu anak baru pindahan dari jepang ya?" tanya Bu Ira

"iya.. maaf bu saya telat, saya sempat kesasar" jawab Acha

"ya sudah, karna hari pertama, di maafkan. tapi kalau besok-besok terlambat lagi, kamu akan dikenakan sanksi"

"makasih bu, saya mengerti.."

"baiklah, sekarang Ibu akan mengantar kamu kekelas baru kamu"


****

Bu Ira mengantar Acha kekelas.. XI-A Exact. Acha memasuki kelas tersebut, gugup. Apalagi kelas mendadak sepi saat Acha masuk, tapi Acha berusaha terlihat biasa saja dan tetap tenang.

"Ibu tinggal dulu ya nak. tolong jangan buat kami menyesal karna telah menerima kamu disini" ucap Bu Ira penuh harap. Acha tersenyum

"Insya Allah" jawab Acha singkat

"Mr. Joe, saya serahkan Raissa kepada bapak" kata Bu Ira kepada guru yang tadi sedang mengajar dikelas barunya itu. Mr. Joe hanya tersenyum, lalu Bu Ira pergi.

"Perhatian. kalian mendapat teman baru, dia pindahan dari jepang. tolong perkenalkan diri kamu kepada kami semua"

"terima kasih Mr. Joe.." Acha melihat calon sahabat-sahabat barunya, mata Acha keseliling ruangan. semua mata tengah memandangnya, terkecuali satu orang yang sibuk dengan urusannya sendiri. Acha mengenalnya, dia RAY. Entahlah, apa yang sedang dilakukan Ray dimejanya. Ray memang menyebalkan! Lalu Acha melihat orang yang duduk disebelah Ray, dia.. RIO. huh! kenapa sih ketemu lagi? batin Acha. Rio terus menatap Acha, saat mengetahui Acha melihat ke arahnya, Rio tersenyum. Namun Acha mengalihkan pandangannya. Acha menarik nafas

"perkenalkan, aku Raissa. pindahan dari jepang. salam kenal dan Mohon bantuannya"

"baik, silahkan kamu duduk dibangku kosong sebelah sana" Mr.Joe menunjukkan sebuah kursi kosong disamping cewek cantik yang terlihat bersahabat. Acha segera menuju tempat duduk yang ditunjuk Mr. Joe.

"hay.. kenalin, gue Sivia.. panggil aja via" Sivia memperkenalkan dirinya. Acha hanya tersenyum simpul. kemudian dua gadis yang duduk didepan Acha dan Sivia menengok ke arah mereka.

"Raissa, salam kenal ya.. gue Ify" kata seorang Gadis manis berbehel

"Raissa lo tau gak? lo ngingetin gue sama temen gue waktu kecil" kata gadis samping Ify

"oh ya?" tanya Acha penasaran. gadis itu mengangguk mantap, Acha tersenyum (lagi)

"eh, gue Shilla" seketika senyum Acha memudar. mengapa bisa bertemu dengan Rio dan Shilla lagi, sekelas pula.


TEEEEETTT bel Istirahat berbunyi, sebagian besar murid keluar kelas. mungkin mereka ke perputakaan atau kekantin. hanya tinggal beberapa siswa yang masih didalam kelas

"Shill, ke kantin gak lo?" tanya Sivia

"hmm, boleh deh.. Raissa, kamu ikut yuk" ajak Shilla

"iya.. kamu gak ikut fy?" tanya Acha yang melihat Ify masih duduk dikursinya, sibuk dengan handphonenya

"alaah, mana mau Ify ke kantin. kecuali yang ngajak ayang Rio haha" ledek Shilla yang diikuti tawa oleh Sivia. sedangkan Acha sama sekali tidak tertawa. jadii.. Ify pacarnya Rio? entah mengapa Acha merasa kecewa, Acha sendiri tidak mengerti. atas dasar apa dia bisa merasa kecewa. mungkinkah....

"udah deh, jangan ngetawain gue. katanya pada mau kekantin?" ucap Ify manyun

"oh... ngusir kita nih? tau deh yang mau berduaan.. ya udah, kita pergi yuk, takut ganggu orang pacaran" ledek Sivia, dan segera kabur keluar kelas

"iiih apaan sih lo vi!" teriak Ify

"halo cantik.."

"ih, baru tau lo yo gue cantik?" kata Ify narsis

"dimata gue, lo gadis tercantik sejagad.."

"mulai deh gombalnyaa"

"haha tapi lo seneng kan??" goda Rio. Ify hanya tersenyum malu-malu

"Fy, gue mau ke toilet dulu ya. lo mau ikut gak?"

"Ngaco lo! ngapain gue ikut?"

"biasanya kan dimana ada gue, disitu ada lo.. iya gak?" Rio menaik-turunkan alisnya

"tapi gak ke toilet! udah sana gih.."

"beneran nih gak mau ikuut???"

"ini orang ngeselin banget sih" kata Ify sambil melotot, Rio berlari pura-pura ngeri.


****

Dikantin, Acha merasa bosan. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.

"vi, shill, aku mau ke perpus"

"mau gue anter?" tawar sivia

"gak usah, makasih vi. aku duluan ya vi, shill.."

Acha berjalan santai dikoridor sambil melihat-lihat sekolah barunya.

"Acha!!" ada yang memanggilnya, Acha menoleh. RIO? Mau apalagi dia?

"hei, gue seneng ternyata kita sekelas" sapa Rio ramah. Acha tersenyum paksa

"Aku Raissa. Oke?"

"Tapi kenapa pas gue panggil Acha, lo nengok?" Acha tak mengira Rio akan bertanya seperti itu. BODOH! kenapa harus menoleh tadi? batin acha

"Lo gak bisa jawab pertanyaan gue kan? ACHA?" grrr Acha bingung harus bagaimana. Acha tidak mau mengenal masa lalunya! tapi kenapa orang-orang dimasa lalunya muncul kembali? Acha hendak menghindar, namun Rio menahannya.

"Kenapa lo gak mau ngaku kalo lo Acha?" Rio menatap mata Acha tajam, setajam silet (Loh?). Acha balas menatap Rio dengan tatapan tak kalah tajam.

“udah berapa kali aku bilang sama kamu? JANGAN PANGGIL AKU ACHA!! Aku ini bukan Acha! kenapa sih kamu gak ngerti-ngerti??” ucap Acha pelan tapi cukup menusuk. Acha terus berusaha meyakinkan Rio kalau dia bukan orang yang dimaksud oleh Rio

“enggak.. gue yakin lo pasti Acha, gue gak mungkin lupa sama lo cha.. gak mungkin!!” Rio tetap bersikeras mengatakan kalau gadis yang didepannya saat ini benar-benar Acha

“Hhh!! asal kamu tau, aku paling BENCI orang SOK TAU kayak kamu!!” gadis itu tersenyum sinis lalu meninggalkan Rio begitu saja. Rio hanya terdiam, menatap pundak Acha

‘kenapa lo gak mau kenal gue lagi?? Gue kangen sama lo cha.. gue yakin lo acha, sinar mata lo gak berubah..’


Sinar matamu masih seperti dulu, saat engkau tinggalkan diriku.. *drive-karna kita*

0 komentar: