BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Sabtu, 21 Agustus 2010

Cerpen: Demi Sivia

November 2010. Artinya, sudah hampir satu tahun berlalu sejak peristiwa maut itu. Sebuah kecelakaan yang sukses menghilangkan nyawa kedua orang tua gue dan berhasil membuat Sivia, saudara kembar gue koma selama lebih dari dua minggu, setelah itu Sivia depresi berat! Dan Hal itu membuat Sivia harus dirawat dirumah sakit jiwa. Hanya dua bulan Sivia mengalami depresi akut. Tapi, sampai sekarang gak jarang gue denger sivia nangis dikamarnya tengah malam. Gue adalah satu-satunya manusia yang baik-baik aja dan selamat sehat wal’afiat dari kecelakaan tragis itu, walaupun ada sedikit luka-luka kecil. Sungguh Sebuah keajaiban.

Bulan Ramadhan kemarin pun terasa sangat berbeda. Tanpa bokap dan nyokap gue! Gak ada hidangan sahur dan berbuka puasa yang dimasak nyokap gue, gak ada suara nyaring nyokap gue saat bangunin gue dan sivia untuk sahur, gak ada omelan-omelan bokap kalo gue susah dibangunin, dan pastinya.. gak ada lagi segala keceriaan, canda dan tawa bareng kedua orang tua gue saat ‘Idul fitri datang. Semua itu hanya sebuah kisah indah dimasa lalu.

Terkadang gue gak ngerti apa maksud tuhan mengambil nyawa kedua orang tua gue dalam kecelakaan itu. kenapa Tuhan gak ambil nyawa gue dan sivia sekalian? Dengan begitu, kami sekeluarga akan tetap bersama-sama. Tapi Sivia pernah bilang sama gue..
“kamu gak boleh ngomong gitu Cakka, harusnya kamu bersyukur dikasih umur panjang sama Allah.. kita harus bisa bikin mama dan papa bangga sama kita” kata-kata itu akan selalu menempel dikepala gue..

Sivia. Sekarang dia adalah harta gue yang paling berharga. Sesosok gadis cantik yang lembut hatinya dan baik tutur katanya *ngeek apadah bahasanya* Gue kagum sama saudara kembar gue itu. Sivia adalah satu-satunya orang didunia ini yang punya hubungan darah sama gue. Bokap dan nyokap gue anak tunggal dari masing-masing keluarganya, sedangkan kakek dan nenek gue udah lama meninggal dunia. Lo bisa bayangin betapa sepinya hidup gue.. buat lo semua yang masih punya keluarga, kalian harus sangat bersyukur dengan hidup kalian.

Sejak orang tua gue meninggal, gue dan Sivia sepakat untuk mengubah pola hidup kami. Semua harta warisan dari orang tua kami, kami simpan di bank. untuk biaya sekolah, kuliah dan bekal masa depan kami nanti. Kalau dulu berangkat ke sekolah kami diantar sopir dengan mobil mewah, sekarang kami membiasakan untuk bawa motor atau sesekali naik Bus. Kalau dulu kami selalu makan makanan hotel bintang lima, sekarang kami membiasakan makan makanan kaki lima.

Gue dan Sivia bukan anak kecil lagi, kami sudah kelas dua SMA. Jadi, kami sudah bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kalau sivia.. karna dia gadis yang pintar, Sivia suka mengajar les privat untuk anak SD dan SMP. Tak jarang juga Sivia memenangkan Olimpiade sains dan mendapat hadiah berupa uang tunai. Sedangkan gue.. gue suka nyanyi dari kafe ke kafe, gue juga sering memenangkan lomba nyanyi antar sekolah. Yaa begitulah hidup gue 

Sebenarnya.. gue ini anak brandalan. Eeiitss, tapi itu dulu. Waktu orang tua gue masih ada. Sesaat setelah kecelakaan itu terjadi.. jujur, gue shock abis! Gimana enggak? Orang tua gue meninggal saat perjalanan kerumah sakit, dan sivia koma. Saat itu Gue sangat menyesal atas segala perbuatan gue yang ‘brandal’. Gue sering balapan motor liar, minum-minum dan sebagainya. Temen-temen satu genk gue gak kalah brandal pastinya.. Rio, Alvin, Gabriel. Dasarnya, mereka anak baik. Rio dan Alvin adalah korban keretakkan rumah tangga. Orang tua Rio selalu bertengkar setiap hari. sedangkan Alvin, orang tuanya sudah bercerai saat dia duduk dikelas tiga Sekolah dasar. Kalau Gabriel, dia baru gabung setelah Ify, cewek yang selalu Gabriel banggakan. ninggalin dia gitu aja buat laki-laki lain.

Gue sedih banget waktu dapet kabar nyokap bokap gue udah gak ada. Selama ini gue udah durhaka sama mereka, gue gak pernah nurutin apa mau mereka. Dan saat itu gue mengira Sivia akan ikut bersama orang tua gue dan ninggalin gue sendiri. Gue putus asa. Gue berfikir gak ada gunanya lagi gue hidup. Gue hampir berhasil bunuh diri! Tapii.. ada bidadari yang ngelarang gue terjun dari atas gedung, Shilla. Cewek gue.. selain Demi Sivia, Shilla juga salah satu alasan yang akan selalu membuat gue terus bertahan.


Sore ini, Rio main ke rumah gue. Katanya dia mau curhat. Haha!! Gue ngakak pas denger Rio dateng ke rumah gue mau curhat!! Dasar banci :P ya udahlah.. dengerin curhatan Rio yuk..

“gini Cak..”

“eh! Apa lo biang? Cak? Lo kira gue tukang becak?!” huh! Gue paling gak suka di panggil ‘cak’

“hadaaah iyee dah cakka” ralat Rio

“hmm~ mau curhat? Kayak cewek aja lo”

“terserah lo deh.. nyokap sama bokap gue udah akur kka..”

“Loh? Bagus dong.. harusnya lo seneng kan?” jawab gue sambil memainkan gitar dengan santai

“iyaa gue seneng” tapi kok keliatannya Rio gak seneng..

“lo bohong kan yo?”

“gue beneran seneng kok.. sebenernya maksud gue ke sini bukan mau ngomongin tentang itu..”

“terus?” gue bener-bener bingung sama Rio!! Gue menghentikan permainan gitar gue..

“gue.. gue lagi naksir cewek..”

“hah?! Sama siapa yo? Wah, kok elo baru ngasih tau gue sekarang sih? Curang lo! Gila! Anak badung kayak lo ternyata bisa fall in love! Haha” gue kaget sekaligus seneng dengan pernyataan Rio, sebelumnya Rio gak pernah ngomongin cewek sama sekali. Dia terlanjur pusing sama urusan nyokap bokapnya yang gak pernah akur. Tapi sekarang? WOW! It’s surprise..

“hehe sorry..”

“emang siapa sih? Anak sekolah kita? Kelas berapa? Cantikan siapa sama Shilla? haha” Tanya gue bertubi-tubi *saking penasarannya*

“elah, santai kka.. nanyanya satu-satu..”

“sabodo teuing lah.. udah buruan jawab!”

“iya, dia anak SMA Pusaka Bangsa juga.. kelas XI Exact 3” jawab Rio. Exact 3? Sekelas sama via dong?

“Dia.. sivia, adik kembar lo cakka” APA? Rio suka sama Sivia? Gak..GAK BOLEH!

“HAH? Lo bercanda kan yo?” Tanya gue gak percaya

“gue serius” jawab Rio mantap

“Gak.. gue gak akan rela lo pacarin via”

“Kka, gue tau maksud lo.. Hh, Lo gak setuju kalo Via punya cowok badung kayak gue?” ya! Rio bener. Gue emang gak pernah setuju kalo Rio atau temen se-Genk gue lainnya pacaran sama Sivia. Apalagi Rio, dia itu ketua Genk dan paling brandal. Gue gak mau Sivia masuk ke dalam dunia temen-temen gue itu. Sivia terlalu berharga untuk masuk kesana! Gue gak mau Sivia tersesat didalamnya.

“jangankan lo pacaran sama via, untuk deketin dia aja gak akan gue izinin!”

“kka, gue janji bakal berubah! Untuk orang tua gue dan DEMI SIVIA” jawab Rio penuh keyakinan dan tekad

“gue perlu bukti, bukan sekedar kata ‘janji’..”


* * *

Sepertinya Rio benar-benar serius dengan omongannya Dua bulan lalu. Gue bisa liat perubahan dari diri Rio. Dia gak pernah bolos sekolah lagi, mulai rajin mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, gak pernah balap-balapan lagi, gak pernah minum-minum lagi dan yang paling mengesankan, Rio mengajak Alvin dan Gabriel untuk bertaubat. kelihatannya Rio berhasil berubah dan kembali ke jalan yang benar.

Kalau Rio sudah berubah baik begini, gue setuju aja Rio pacaran sama Sivia. Kayaknya Sivia juga tertarik sama Rio. Akhir-akhir ini Udah beberapa kali Sivia cerita tentang Rio ke gue. Kalau Sivia lagi ngomongin Rio, seakan-akan Rio adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan tuhan. Ckck -.- kayaknya gue gak ada apa-apanya dibanding Rio, padahal gantengan gue kali.. Tanya gih sama C-Luvers. *kalo nanya sama Rise pasti jawabnya gantengan Rio ;b*

“Cakka!” ada yang manggil gue?

“hey..” sapa gue. Ternyata itu Rio. Kebetulan.

“ngapain lo disini? Udah ditungguin anak-anak” tegur Rio. Dari tadi gue emang lagi merenungi nasib dikantin (?) <--- gak jelas

“haa? Ada apa?” kenapa ya pada nungguin gue?

“yeee.. lo lupa? Katanya mau ngerjain tugas fisika diperpus bareng-bareng”

“owh.. gue gak lupa kok”

“ya udah, ayook..” ajak Rio

“yo, tunggu..” Rio menoleh kearah gue dengan tatapan bertanya-tanya “gue harus akuin kalo lo udah berubah..”

“maksud lo? Gue gak ngerti”

“apa lo udah gak naksir sama Sivia?”

“hah? Pertanyaan macem apa itu? Ya masih lah kka!” jawab Rio sambil tertawa

“kalo gitu.. sekarang lo boleh deketin via..”

“Serius lo?” Tanya Rio.

“sangat!”

“Thank’s kka..”


* * *

Hari demi hari berlalu. Rio dan Sivia terlihat semakin akrab. Gue lega liat Sivia selalu tersenyum sejak dekat dengan Rio, Sivia gak pernah nangis lagi saat tengah malam. Semoga saja Rio memang yang terbaik untuk Sivia.

“Mau kemana lo vi? Cantik amat..” panggil gue saat gue liat Via sudah rapih.

“mau pergilah.. tau aja kamu kalo aku cantik.. hehe”

“yeee Lo cantik kan karna guenya ganteng.. kembarannya si ganteng ya cantik lah.. pergi sama siapa? kok gue gak di ajak?”

“ada deh.. ngapain ngajak kamu? Sorry aja deh :p”

“oh gitu lo sama gue? Oke..”

“dih? Ngambek? Ciee yang ngambek jelek banget deh.. Aku bilangin Shilla ah, biar dia ilfeel.. haha”

“bilangin gih sono.. gue mau lagi ngapain juga tetep ganteng kalee.. eh, Lo mau pergi sama Rio kan? ngaku!!” belum sempat Sivia menjawab, tiba-tiba ada yang mengetok pintu. Sivia buru-buru membukakan pintu, gue mengikuti dibelakang Sivia.

“Ehm.. tuh kan perginya sama Rio”

“Lah? Emang kenapa?”

“gue curiga..”

“curiga?” Tanya Rio
“kalian udah jadian ya?”

“Cakka!” ucap Sivia sambil melototin gue -.-. sedangkan Rio hanya tertawa kecil.

“eh, belom ya? Hehe gue kan gak tau..”

“ kka..”

“kenapa yo?”

“kalo gue sayang sama via gimana?” Tanya Rio. Sivia terlihat kaget. “boleh gak gue jadi pacar via?” Lanjut Rio.

“HAHAHAHAH kok lo nanya sama gue? Ngomong langsung tuh sama orangnya. Mau gak dia jadi cewek lo?” lucu deh si Rio ckck.

“vi..”

“hmm?”

“lo mau gak jadi cewek gue?” Sivia mengangguk pelan

“CIEEEEEE Cikiciew ada yang baru jadian nih..” Rio dan Sivia sama-sama salah tingkah. Dasar! Baru gue godain begitu doang mati kutu. Tapi gue seneng karena sekarang Sivia punya Rio yang bisa mengembalikan senyumnya.


THE END. Thank’s

0 komentar: